Pertama, berusaha melakukan sesuatu untuk orang lain. Bagaimanapun pada kenyataannya manusia tidak pernah mampu menapikan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. Termasuk dalam beberapa hal kita butuh melakukan sesuatu hal untuk orang lain tanpa mengharapkan balasan apapun.
Kedua, berusaha melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Mencukupi kebutuhan dan kehendak diri, entah itu dalam wujud menjalankan hobi, menikmati makanan-minuman favorit, menggali potensi diri dan lain sebagainya perlu kita lakukan untuk menghadirkan kesadaran bahwa masing-masing kita hidup sekaligus memiliki alasan untuk meraih satu keadaan tertentu sebagai tujuan.
Ketiga, melakukan sesuatu yang tak ingin kita lakukan dan yang perlu dilakukan. Terkadang dalam bertindak kita tidak melulu  bergerak karena ada iming-iming imbalan dan karena adanya keinginan yang hendak kita wujudkan, akan tetapi dalam satu kondisi tertentu kita juga harus mendahulukan apa yang benar-benar perlu kita lakukan meskipun hal itu sesuatu yang tidak kita inginkan. Membantu membayar utang tetangga misalnya.
Keempat, latihan fisik. Salah satu faktor yang sangat urgen dalam bertambahnya usia adalah perubahan fisik. Menjaga kesehatan tubuh dengan cara melatih fisik secara rutin menjadi kunci utama dalam upaya merasakan kebugaran di usia senja kelak.
Kelima, latihan mental. Selain fisik, mengupayakan latihan mental secara rutin juga penting. Bagaimanapun dinamika kehidupan acapkali menjungkirbalikkan keadaan dan peran, sehingga manusia benar-benar harus mampu menerima dan menjalani keadaan dengan mental yang kuat. Sudah barang tentu asupan spiritualitas adalah salah satu hal penting yang harus dibiasakan dan terdisiplinkan.
Sementara yang terakhir ialah memanjatkan doa asli yang selalu mencakup menghitung anugerah-Nya. Bersyukur dan merenungkan semua nikmat-Nya menjadi salah satu kunci bagaimana manusia mampu menjalani kehidupan di dunia dengan damai dan sentosa tanpa harus mengumbar gejolak rasa negatif yang sia-sia.
Keenam tekad yang harus dilakukan dalam keseharian itu, Bibi Grace mengerucutkan semuanya pada motto hidupnya; "berkembanglah di mana kau ditanam".
Pada akhirnya, kita sebagai manusia pun harus menyadari, bahwa dalam hidup harus ada keseimbangan antara tekanan dan gaya, antara das sein dan das solen meskipun di satu waktu itu pula kita dituntut menunjukkan tekad dan keyakinan dalam memaksimalkan usaha.
Meskipun demikian, sikap lapang dada, berusaha menerima dan mensyukuri proses dari usaha yang telah dilakukan atas suatu keadaan adalah wujud keutamaan.
Begitu halnya tatkala kita dianugerahi hujan. Mungkin saja sebagian dari kita tidak membutuhkan namun tidak menutup kemungkinan pula sebagian yang yang lain sudah lama mengelu-elukan. Dalam konteks ini, memanjatkan syukur dalam setiap keadaan menjadi sangat penting.
Bagaimanapun bisa jadi kebahagiaan yang kita rasakan tidak melulu dapat dimaknai  sebagai sanjungan, mungkin pula itu adalah ujian. Begitu halnya dengan setiap ujian dan kesedihan, bisa pula itu bermakna keselamatan dan sanjungan melalui hikmah dan pembelajaran.