Mohon tunggu...
Mang Wawan
Mang Wawan Mohon Tunggu... -

Sering mangkal di sini, blogmangwawan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tak Perlu Berat-berat, Menulis Itu Ajang Bersenang-senang

21 Desember 2018   08:17 Diperbarui: 21 Desember 2018   08:21 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: diolah dari medium.com

Bersenang-senanglah, karena hari ini yang kan kita rindukan di hari tua. Sebuah Kisah Klasik untuk Masa Depan.

Bersenang-senanglah, karena masa ini yang kan kita banggakan di hari nanti, Sebuah Kisah Klasik untuk Masa Depan.

Lirik lagu milik Sheila on Seven ini masih hafal sampai sekarang. Pesannya pun masih terasa. Bahwa melalui hidup dengan senang itu penting. Kita tidak akan kembali ke masa dimana kesempatan untuk bersenang-senang itu langka.

Hidup ini hanya sebentar saja, jangan dilalui dengan bersedih hati, apalagi sibuk dengan apa yang tak kita miliki. Alhasil kita hanya akan merasa menjadi manusia paling tidak beruntung di dunia.

Maka bersenang-senanglah!

Namun sayang, kata bersenang-senang kadang dikonotasikan dengan hal negatif. Pesta pora, minum-minum, dan sejenisnya yang mengarah pada kebahagiaan semu tanpa makna.

Padahal banyak cara yang bisa dilakukan untuk bersenang-senang tanpa harus mengesampingkan makna. Kita bisa menjadi diri sendiri dengan menyalurkan hobi kita. Nah, bagi orang yang punya hobi menulis, meluapkan ide atau cerita dalam tulisan menjadi salah satunya.

Layaknya hobi yang lain, menulis dapat memberikan kesenangan dan ketenangan batin bagi pelakunya. Dengan menulis ada hasrat penulis yang tercurahkan yang tak bisa disalurkan dalam kegiatan lain.

Bagi saya pribadi menulis adalah ajang untuk bersenang-senang. Paling tidak ada empat kesenangan yang saya rasakan dari menulis.

Kesenangan pertama

Sayaya bisa mencurahkan semua hal dalam tulisan. Ide, kisah, pengalaman, dan imajinasi bahkan aktivitas sehari-hari bisa menjadi bahan dalam tulisan.

Menulis saya anggap sebagai teman yang selalu setia mendengarkan apapun yang yang diutarakan. Terlebih saat ini semua dipermudah. Tak perlu pena apalagi mesin tik untuk menulis. Cukup menggunakan ponsel saja, semua dapat ditulis.

Kesenangan Kedua

Yaitu saat ada yang membaca tulisan kita.

Mungkin sebagian orang yang membuat tulisan hanya sebagai ekspresi diri sendiri saja. Tak perlu ada yang membaca, atau bahkan tak mau tulisannya dibaca orang lain, hanya konsumsi pribadi.

Hal itu tidak mengapa, sah-sah saja. Akan tetapi bukankah sayang, siapa tahu tulisan kita bisa bermanfaat untuk orang yang membaca?

Contohnya, saya sering mencari resep makanan di salah satu aplikasi yang isinya kebanyakan ibu-ibu. Mereka dengan senang hati membagikan resep buatannya sebagai rujukan bagi orang lain.

Seperti mereka yang bangga jika tulisannya dibaca orang lain, saya pun demikian. Pernah membuat tulisan bertema komedi lalu menuai banyak komentar yang menunjukkan bahwa mereka terhibur, saya pun senang dibuatnya.

Kesenangan yang Ketiga

Yaitu saat dapat rupiah dari menulis.

Ah, siapalah saya ini? Hanya penulis abal-abal yang selalu bermimpi untuk menjadi terkenal lalu hidup senang tak kekurangan.

Saya rasa mimpi tadi tak berlebihan. Tak ada salahnya jika seseorang menulis memang untuk mengais rezeki. Meski terkesan materialistis, tapi hal itu sangat manusiawi.

Meski kadang saya pun sering tak nyaman jika ada yang "pelit" berbagi ilmu. Semua diukur dengan nominal uang.

Bersyukur masih dipertemukan dengan orang-orang yang mau berbagi banyak hal lewat tulisan tanpa bayaran. Seringkali apa yang disampaikan melebihi apa yang didapat dari kelas menulis berbayar.

Terlepas dari itu, siapa yang tak senang jika hanya dengan menulis sekali tapi rekening tabungan bertambah setiap hari? Tak sedikit orang yang berprofesi sebagai penulis dan berpenghasilan dari menulis. Bahkan bisa menghidupi orang lain.

Kesenangan yang keempat, yang paling penting.

Mungkin kata senang untuk yang keempat ini lebih tepat dikatakan sebagai kebanggaan dan kebahagiaan.

Hal ini akan dirasakan jika tulisan kita dapat menginspirasi banyak orang. Pembaca merasa menemukan pencerahan lalu memutuskan berubah ke arah yang lebih baik.

Seperti banyak orang yang akhirnya bermimpi atau bertambah yakin dengan mimpi-mimpinya setelah membaca novel Sang Pemimpi. Saya pernah menonton wawancaranya Andrea Hirata yang menulis novel itu. Ia merasa bangga dan bahagia tulisannya dapat menginspirasi para pembaca.

Masih jauh rasanya mencapai kesenangan yang keempat ini, tapi akan semakin jauh bila tak pernah dijalani. Saya harus lebih banyak belajar dan berlatih untuk bisa menapaki setiap prosesnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun