Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Mlester

3 Agustus 2016   16:16 Diperbarui: 5 Agustus 2016   15:31 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata pak Sukirin tetangga depan rumah bulan Juli-Agustus seperti ini mestinya adalah musimnya kemarau musimnya para petani kekeringan. Tanah sawah, tegalan merekah pecah lantaran kering. Tapi apa jadinya justru hari-hari belakangan ini hujan cukup banyak tercurah.

Orang boleh katakana semua itu dampak dari perubahan iklim ada yang menyebutnya sebagai fenomena la-nina atau apalah. Terserah sajalah yang jelas Tuhan punya kuasa.

Bertubinya guyuran hujan beberapa hari ini sebenarnya tidak ada dampak langsung yang saya rasakan lantaran saya bukan petani atau peladang yang bakalan gagal panen lantaran sawah atau ladangnya kebanjiran.

Kendati demikian dampaknya ternyata tetap ada yang mau tak mau harus juga saya rasakan. Ada laporan dari keluarga yang dibawah tanggung jawab saya yang huniannya kian lembab lantaran setiap turun hujan selalu kerembesan dari dinding yang bagian luarnya tidak diplester. Artinya saya harus perbaiki dinding yang selalu rembes tiap turun hujan itu, artinya lagi saya harus keluarkan dana untuk perbaikan plesteran dinding tersebut. Itu dampak yang saya rasakan.

Plesteran adalah lapisan pelindung sekaliugus penguat dari susunan batu bata atau batako atau sejenisnya yang dipasang sebagai dinding yang biasa disebut tembok. Plesteran berupa adonan campuran semen pasir dan air dengan perbandingan tertentu dipasang sedemikian rupa oleh orang yang biasa disebut tukang batu.

Perlu skil dan keahlian untuk menempelkan adonan semen tersebut sedikit demi sedikit sehingga terbentuk lapisan yang merata dengan ketebalan yang sama sehinga tembok atau dinding enak dipandang mata. 

Mlester, itulah sebutan pekerjan yang biasa dikerjakan oleh tukang batu atau siapa saja yang mengerjakan pekerjaan plesteran tersebut.

Sesungguhnya siapapun orang bisa mengerjakan plesteran tersebut. Sederhananya sekedar menemplokan adukan semen pasir dengan alat sederhana yang disebut sendok tembok kemudian meratakannya dengan alat perata yang juga cukup sederhana.

Sayapun bisa mengerjakannya dan sudah pernah coba mengerjakannya. Tapi ya itu bagaimana hasilnya pekerjaan plesteran saya jangan bandingkan dengan tukang batu professional.

Pekerjaan melester yang dikerjakan oleh tukang batu professional hasilnya dinding plesteran yang rapih dan rata enak dipandang mata. Bahan plesteran terpakai maksimal dengan durasi waktu pengerjaan yang relativ cepat.

Sementara plesteran yang dikerjakan tukang yang baru belajar atau yang amatiran macam saya hasilnya dinding plesteran yang bergelombang tidak rata sama sekali tidak enak dipandang mata. Lebih dari itu banyak bahan dan juga waktu terbuang sia-sia. Artinya jauh dari kata sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun