Â
Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna, Indonesia menjadi bagian dari daerah yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan hutan yang paling luas sehingga mendapat julukan sebagai Megabiodiversity Country.Â
Karena itulah Indonesia sebagai daerah pendukung keanekaragaman hayati di dunia, dengan adanya persebaran yang unik dari Indonesia yaitu secara geografis dengan berbagai flora fauna yang berbeda di setiap lokasi pembagiannya dengan batas garis weber dan wallace dengan hasil perbedaan flora fauna tipe asiatis, peralihan dan australis. dan iklim tropis dengan topografi keadaan permukaan daerah Indonesia menunjang beragam macamnya keunikan biodiversitas yang ada di Indonesia serta banyaknya jenis endemik flora dan fauna di Indonesia.
Hutan Indonesia menjadi sangat penting untuk kehidupan fauna yang ada di daratan, karena hutan menjadi naungan pertama sebagai habitat dengan berbagai aktivitas organisme yang ada.Â
Hutan pula menjadi sumber ketersediaan makanan, tempat berlangsungnya proses reproduksi agar keturunan terjaga dan terus berlangsungnya kehidupan sehingga tidak terjadi kepunahan.Â
Harapan hutan Indonesia agar selalu lestari dan terjaga, agar keberadaan  keanekaragaman hayati di Indonesia selalu ada dan tidak hanya menjadi cerita di generasi selanjutnya.Â
Hutan terjaga sebagai Indikator lingkungan yang baik akan memberikan manfaat baik pula kepada manusia dalam keperluan kehidupan sehari-hari, karena hutan menyediakan ketersediaannya untuk menunjang kehidupan manusia. Sehingga memang pada dasarnya masyarakat umum dan ekonomi global terhubung langsung dengan hutan, dan lebih dari 1 miliar orang bergantung pada hutan.
Hutan Indonesia mengandung 13.017 juta metrik ton karbon dalam biomassa hutan. Keanekaragaman hayati dan kawasan lindung: indonesia memiliki sekitar 2205 spesies amfibi, burung, mamalia dan reptil yang diketahui menurut angka dari (World Conservating Monitoring Centre) Pusat Pemantauan Konservasi Dunia. ini, 31,1% adalah endemik, yang berarti mereka tidak ada di negara lain, dan 9,9% yang terancam. Indonesia adalah rumah bagi setidaknya 29375 spesies tanaman vaskular, dimana 59,6% adalah endemik. 4,5% di Indonesia adalah dilindungi di bawah IUCN pada kategori I-V
Hutan Indonesia kini menjadi berkurang tutupan hutannya dari tahun ke tahun seperti adanya program pemerintah dalam peraturan presiden yaitu pelepasan kawasan hutan dikonversi menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Dengan dalih bahwa konversi hutan ini untuk menunjang perekonomian masyarakat, namun dilihat dari sisi lain hal tersebut dapat berdampak pada lingkungan dan biologi. Dampak tersebut di antaranya yaitu berkurangnya keanekaragaman baik flora maupun fauna serta organisme lain, yaitu dengan tidak adanya tempat bernaung sehingga tak mampu untuk beradaptasi di hutan yang sudah dikonversi tersebut.Â
Dampak lingkungan yang terjadi yaitu dengan adanya pencemaran dan penurunan kualitas air serta udara yang ada. Konversi hutan ini dilakukan pada aktivitasnya melibatkan pembukaan lahan yaitu dengan deforestasi hutan.Â
Deforestasi juga terjadi bukan hanya bertujuan pengalihan fungsi hutan yang dilakukan berdasarkan peraturan dari pemerintah, tetapi juga secara ilegal banyak aktifitas penebangan pohon ilegal hinga pembukaan lahan dengan cara membakar hutan untuk dimanfaatkan secara ekonomi dengan cara proses penjualan.
Dari data WRI (World Resource Institute) kuantitas perubahan luasan tutupan hutan semakin berkurang pada periode 1990-2005 hal tersebut karena mengalami deforestasi setiap tahunnya.
Berdasarkan data dari FAO (Food and Agriculture Organization) data terbaru 2011 perubahan tutupan hutan antara 1990-2010, Indonesia kehilangan rata-rata 1.205.650 ha atau 1,02% per tahun atau Indonesia kehilangan tutupah hutan sebesar 20,3% atau sekitar 24.113.000 ha.
Terlihat semakin berkurangnya tutupan hutan di Inndonesia menjadi suatu persoalan dan kekhawatiran dunia akan keberadaan spesies baik endemik maupun lainnya menjadi terancam karena tak memiliki kawasan asli untuk melangsungkan hidup. Seperti spesies orangutan di sumatra mengalami penurunan dilansir dalam WWF sebanyak 80% selama 75 tahun terakhir berkurang dan dikategorikan kritis dalam IUCN Red List dan orangutan kalimantan yang terus berkurang, harimau Sumatra, badak dan spesies lainnya.Â
Spesies-spesies yang ada sangat berperan penting dalam rantai makanan serta berkontribusi dalam menjaga rehabilitas ekosistem. Untuk itu maka dibutuhkan manajemen risiko secara menyeluruh dari berbagai pihak baik pemerintahan, lembaga maupun masyarakat umum untuk terus menjaga hutan dengan mempertimbangkan efek ekologi terhadap keanekargaman hayati di Indonesia.
Jika problem ini terus berlanjut maka banyak macam spesies yang akan mati baik dibunuh atau secara alami diakibatkan terancam dari habitatnya sendiri yang telah beralih fungsi. Dan masih ada kah julukan megabiodiversity country dan paru-paru dunia bagi Indonesia di masa depan?.
Oleh : Manapiah Anadiroh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H