Coretan puisi ini berasal dari alam bawah sadarku, saat aku masih mencari siapa pendamping hidupku kelak & kini semuanya muncul seperti yang tergambar di benak. Wallahu 'alam.
Aku ingin menghilang dari bumi saat wajahmu tak kunjung muncul di benakku
Terlalu lama menunggu siapa kamu
Seperti mengharapkan hujan saat kemarau tapi terlanjur panas kurasa alam ini
Aku mungkin merasa memiliki mimpi itu terlalu berlebihan
Tapi mimpi itu adaah kenyataan yang tertimbun di alam sana
Akan hadir saat kita kuat menginginkannya.
Dan aku menginginkanmu
Secantik apa yang bisa kulukis dari rindu yang tak terhanankan
Meskipun aku tak pernah tahu siapa kamu
Waktu tak tunduk pada siapa pun meskipun sejuta orang merengek
Menginginkan kesendiriannya diakhiri
Namun sendiri itu sendiri adalah teman hidup yang amat memuakkan
Ketika cinta serasa tak bisa dibagi karena hati terlanjur sesak
Kenapa mudahnya yang lain mendapatkan cinta dalam rupa dan rasa
Sedangkan diri tersingkirkan dan merana sepanjang hari
Aku melihat cermin yang berkerut menghindariku
Kucari di sana senyuman yang kusimpan untuk dirinya, siapa pun itu
Di sini senyumanku hambar bak pelangi tanpa warna
Aku ingin melintasi pelangi itu menjumpainya
Tapi sang waktu berkelit lebih cepat dari yang kukira
Tinggallah aku sendiri di sini.
Hingga dia hadir dalam rupa seperti yang kulukis dalam alam bawah sadarku
Tapi dengan jiwa yang lain yang susah difahami, aku terdiam
Ini dia cinta yang kucari sebagai takdir yang tak bisa dipungkiri
Sang waktu berlabuh bersama kami mengarungi lautan buas.
Hampir kapal itu karam dan aku ingin berenang sendiri ke tepian.
Tapi sesak dadaku mencegahnya
Karena dia mengambil alih nakhoda yang tak bisa kuraih lagi
Kapal ini tidak berlabuh sesuai tujuan dan aku tak kuasa menghilangkan sakit
Takdir masa lalu yang hadir sebagai mimpi buruk
Perlahan aku bangkit memetik buah untuk kami bagi bersama buah cinta kami
Mereka ternyata hadir dalam lukisanku di alam bawah sadar
Kini cinta itu terbagi bersama waktu yang membangunkanku dari impian semu
Bahwa aku dan dia bukan milikku bukan miliknya
Bahwa buah cinta kami bukan milik kami sepenuhnya
Bahwa tubuh ini tidak lekat abadi bersama seluruh impian manusia
Kita tidak ada, ada dan akan hilang bersama cinta yang datang dan pergi
Kini cinta itu perlu dijaga dalam satu masa yang bukan milik kita
Dia hanya sekejap. Semua akan layu, kembali kepada Pemilik alam semesta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H