Mohon tunggu...
Mamun Ahmad
Mamun Ahmad Mohon Tunggu... Human Resources - Peselancar Ilmu

Cinta Perdamaian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berdakwah dan Pertolongan Allah SWT

7 Februari 2021   08:25 Diperbarui: 7 Februari 2021   14:13 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Oleh; Mamun Ahmad

Baru tiga hari pernikahan kami, saat  itu adalah 6 Oktober 2000, waktu cuti pun menjelang  habis.  Pesan moralnya adalah; segeralah kembali ke tempat bertugas, jangan mengulur waktu apalagi menyia nyiakannya. Waktu itu saya bertugas di Kabupaten Temanggung sebagai juru dakwah Jama'ah Muslim Ahmadiyah.

Setengah bulan berdakwah dikota Temanggung, belum juga ada tanda-tanda kesuksesan. Selain belum banyak kenalan, faktor bahasa juga masih menjadi kendala. Orang orang desa ditempat kami tinggal bahasa jawanya medok-medok, begitu kami memberi istilah.

Atas saran seorang sepuh pak Darno namanya, saya ditunjuki jalan untuk berdakwah kepada 'sahabat'nya yang berada di dusun Ndelok. Kata sahabat diberi tanda kutip juga karena ada sedikit keunikkannya. Keunikan itu terletak pada persahabatan mereka yang sedari kecil hingga usia sepuh yang tetap terjaga meskipun dari mereka masing- masing telah pernah menduda dan telah menggantikan posisi masing-masing sesuai aturan syariat yang benar yang mereka fahami. Agak susah menjelaskan; namun kurang lebihnya adalah......Istri Pak  darno adalah mantan istri Pak Syukron demikian juga sebaliknya [catatan; tentu saja setelah proses hukum secara syah ditempuh], tidak juga karena unsur disengaja melainkan seperti air; mengalir senormalnya saja.

Berdakwah kesana motivasinya lebih kepada kegundahan hati  Pak Darno yang telah menerima kedatangan Imam Mahdi sebagai penerus risalah dakwah nabi Muhammad S.A.W.  sedang sahabatnya Pak Syukron belum. Hendak memantapkan rasa setia kawan dalam satu bingkai keimanan, begitulah kira-kira!

Tepat pukul 13.30, angkutan desa yang terakhir jurusan Temanggung-Danupayan-Pagersari segera meluncur. Saya dan istri  bagian dari penumpang angkutan desa ini, bermaksud  menuju perkampungan terujung dan teratas di Gunung Sumbing, Temanggung. Tekad kami hendak menggenapi sabda Imam Mahdi, yakni; "Aku akan sampaikan tabligh engkau ke penjuru-penjuru dunia."

Berdakwah diperkotaan belum lagi meraih sukses,  ya...sekali-sekali berdakwah ke daerah pegunungan sambil menikmati pemandangan alamnya yang indah dan bersentuhan dengan orang-orang di desa, inilah pikiran kami ketika itu. Dusun N'delok sesuai petunjuk Pak Darno, adalah tempat sahabatnya; pak Syukron tinggal.  N'delok itu bahasa lokal, artinya kelihatan jelas, karena memang letaknya yang diatas gunung hingga pemandangan nampak jelas kebawahnya.

Dua setengah jam lamanya kami naik angkudes, barulah kami sampai N,delok.  Di dusun ini udaranya sangat dingin, terasa seakan menusuk tulang sumsum. turun dari kendaraan, kami langsung menuju rumah tokoh dikampung itu, Pak Syukron namanya.

Perkenalan/ta'aruf pun dimulai, selanjutnya dialog agama pun mengalir begitu saja. Mulai dari perlunya seorang pemimpin rohani, bahwa akhir zaman telah tiba dan sampai juga kepada pembicaraan tentang kedatangan Imam Mahdi dan kewajiban berjanji setia kepadanya.

Dua jam lamanya berdialog agama, dengan karunia Allah swt. Delapan orang anggota keluarga Pak Syukron ini terbuka hatinya dan siap menyatakan diri bergabung ke dalam Jama'ah. Alhamdulillah!

Demi melihat keluarga Pak Syukron bai'at, yang paling bahagia tak alang kepalang adalah Pak Darno, hatinya sumringah, gembira dan penuh syukur, begitu sahabatnya telah bergabung. Beliau pun tak henti-hentinya mengucap syukur;  Alhamdulillah Tsumma alhamdulillah!

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.35, adzan maghrib hampir berkumandang. Kami baru sadar bahwa harus segera pulang...setelah berpamitan kami pun melangkahkan kaki untuk kembali pulang ke kota Temanggung.

Mungkin mereka mengira kami membawa kendaraan, sehingga tidak ada yang mengajak bermalam. Atau mungkin juga ini sebuah ujian untuk tetap tabah dijalani. Ya...betul pembaca, kami harus pulang dengan berjalan kaki karena angkutan sudah tidak ada lagi, sedang pak Darno pun sudah mendahului pulang ke kampungnya di Malangsari.

Kami baru tahu, kendaraan ke kampung N'delok ini rupanya hanya sekali saja dalam sehari. Waktu pun terus merayap, gambaran terangnya alam telah menghilang dan kini kegelapan malam tengah menebarkan sayapnya. Pikir kami; naik angkudes saja dua setengah jam lamanya, bagaimana kalau ditempuh dengan berjalan kaki??? Alaa maaak, mungkin tengah malam baru tiba; begitu perhitungan kami! Sambil terus berjalan dikegelapan malam, hanya putih bebatuan yang samar-samar masih kelihatan. Suara alam sekeliling terasa angker. Saya dan istri memang sedang perjalanan pulang melewati hutan-hutan sengon dan sesekali rimbunan akar-akar pohon yang menjalar dipinggiran jalan. Ini adalah malam kepulangan dari bertabligh, berbalut bulan madu yang mengharu-biru.

Sejujurnya, ada kepedihan merasuki hati saat itu, manakala membayangkan jauhnya perjalanan yang ditempuh dengan kegelapan malam sepekat itu tanpa alat penerangan ditangan, Saking gelapnya mengacungkan telunjuk saja tidak kelihatan. Dalam keadaan seperti ini, terbersit hasyrat kuat untuk berdo'a dan sekaligus mengajarkannya kepada  istri;

  

Robbi innii limma anzalta ilayya min khairin faqiir;

artinya;

"Ya Allah Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan dari-Mu, Turunkanlah ya Allah karena hamba sangatlah faqiir [;sangat memerlukan]".

(Qs. Al-Qoshshos:24)

Do'a ini setahuku adalah doa yang telah dipanjatkan nabi Allah Musa a.s. dan secara monumental diabadikan dalam Al-Qur'an (Qs.28:24).

Ketika seorang perempuan Bangsawan Eropa bertanya kepada Huzur Ar-robi' ra,  dalam sebuah pertemuan di Jerman; ....diantara do'a-do'a keseharian [;wazifah]  yang biasa huzur baca, yang manakah itu?

Hazrat Khalifatul Masih IV, r.a. lalu membacakan do'a diatas; "Robbi innii limma anzalta ilayya min khairin faqiir."  

Ketika itu Huzur juga mengupas falsafahnya yang dalam dihadapan audiencen semuanya.

Kembali ke perjalanan pulang bertabligh;

Sambil terus berjalan, langkah langkah kami diiringi menghafal do'a. Dalam hati terus bermunajat; Wahai Allah pencipta kami! kami sampai disini adalah karena mematuhi perintah-Mu untuk bertabligh, oleh karena itu tolonglah kami dan berilah kami kemudahan!

Kalau orang dikota, mereka selalu naik mobil mewah, kami disini termahrum dari semua itu. Begitulah do'a, atau barangkali  lebih tepatnya perasaan sentimenku, yang masih dipelihara waktu itu!

Belum lagi selesai keluh kesahku, tiba-tiba jauh dari belakang kami ada sinar lampu yang menerpa rimbunnya pepohonan, tak lama kemudian ada sorot lampu deras menimpa kami yang tengah berjalan. Kiranya itu adalah binar lampu sorot mobil.

Sesaat kami merasa aneh dan bertanya tanya dalam hati, lho kok...masih ada kendaraan rupanya? padahal menurut keterangan penduduk, angkudes yang kami tumpangi keberangkatan siang tadi itu, adalah yang pertama dan terakhir di hari itu. Sedang mobil yang siang itupun sudah meluncur balik Temanggung, Jadi mustahil ada angkudes lain, begitu kesimpulan kami!

Berhubung kami sangat memerlukannya, apa pun jenis kendaraanya, kami akan tetap menghentikannya, begitu tekad kami.

Mobil pun berhenti, ternyata yang kami hentikan itu adalah taksi yang masih baru dan ber AC,  jok-jok kursinya masih terbungkus plastik, didalamnya ada semerbak wewangian. Setelah dipersilahkan naik, kami pun menaiki taksi itu, pulang!

Ketakjuban tak segera hapus dari pikiran kami, sekalipun kami sudah didalam taksi, terheran-heran, bahkan ketakjuban itu terus berlanjut !!! Kok...  tiba-tiba ada taksi dari  n'delok, Gunung Sumbing itu? bagaimana ini bisa terjadi??

Untung keheranan itu segera tercerahkan ketika pak sopir mulai menjelaskan; katanya tadi sore ia membawa penumpang dari bandara Semarang. ada  TKI  dari Malaysia asal N'delok yang kebetulan harus pulang malam itu karena ada kepentingan dengan keluarganya.

Keheranan di hati kami berganti rasa syukur kepada Allah swt. ....sungguh malam itu bertepatan sekali ada taksi dari Semarang membawa TKI ke N'delok  disaat kepulangan kami  yang justru tengah membutuhkan kendaraan, tercetus dalam keresahan menghafal do'a dalam perjalanan!

Gemuruh dihati membuncah Tanya; siapa yang telah mengatur semua ini? Siapa yang menjadi peramu waktu dan perancang semua ini?  Bathin terdalam  lirih menjawab; Allah, Allah, Allah Sang Perencana semuanya!

Ketepatan waktu kepulangan TKI ke N'delok, kehadiran taksi bersamaan dengan malam jeritan makhluk rendah ini yang tengah lagi faqir pertolongan! Ketakjuban telah mewujud menjadi sebuah keberuntungan yang sulit dipercaya; lalu melahirkan pertanyaan yang mengandai-andai; sekiranya taksi datang dimalam sebelumnya atau dimalam setelahnya kami bertabligh, Bila itu yang terjadi, tentulah berjalan kaki sampai dirumah menjadi kenyataan dan  tentu akan tiba dilarut malam. Namun demikianlah; Taksi 'kiriman Ilahi' telah datang'. Begitu rasa hati kami, meyakinkan!

Boleh saja ada yang menyoal, naik taksi apa sich hebatnya? Tentu tak ada hebat hebatnya, bukan? Bahkan sekarang pun [kebetulan pernah tugas di  beberapa kota  Propinsi; dan juga tetangga ibukota naik taksi pun lebih tentu lebih sering lagi! Namun sungguh... naik taksi yang terindah bagi kami adalah yang dari dusun N'delok ke Temanggung itu!  

 Kejadian itu semakin mengukuhkan keyakinan, bahwa memang Allah swt. sajalah Yang telah mengatur semuanya! Pertolongan Allah swt. terasa dekat disaat para hambanya bertabligh, subhaanallooh, Maha Sempurna Rencana Allah, Maha Besar dan Maha Kuasa Allah swt. Yang telah mengatur semuaya!

Oleh karena itu, marilah menemukan Allah swt. dengan bertabligh! 

Bertabligh adalah amal sholeh yang sedang diperintahkan khalifatul waqt!

Kalau pun diceritakan kembali, motivasinya lebih kepada;

 

wa ammaa bi ni'mati robbika fahaddits;

Artinya: 

"Maka ada pun dengan nikmat yang datang dari Tuhanmu, sebut-sebutlah!"

Dalam pengertian yang lain, menurut saya  menuturkan nikmat nikmat Allah swt. adalah berbagilah!

sedangkan makna lain dari berbagi [;menyampaikan ilmu keislaman] adalah bertabligh! 

Demikian mohon ma'af atas segala kekurangannya!

Wa akhiru'da'wanaa 'anil hamdulillaahi robbi'alamiin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun