Mohon tunggu...
Imma Wicaksono
Imma Wicaksono Mohon Tunggu... wiraswasta -

wanita biasa,pendiri Makassar Cooking Club, berkarir di @mamlala_kitchen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta Makassar dan Kearifan Lokalnya

14 Februari 2018   11:41 Diperbarui: 14 Februari 2018   12:03 1807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kearifan lokal yang diangkat menjadi konsep hiburan dalam bentuk parodi, atau drama pendek, yang isinya berupa jokes dengan tujuan menghibur dan tak jarang menyiratkan edukasi, kini sedang marak di Makassar. Beberapa pelaku sosmed yang giat membuat video-video dengan durasi tayang pendek yang pas untuk media sosmed macam instagram atau youtube mulai menjadi sasaran para remaja maupun orang orang berkesenian dan berjiwa kreatif.

Sebut saja, Tumming dan Abu yang 5 tahun belakangan ini yang telah eksis sebagai artis sosmed sewilayah sulsel (atau bisa jadi sudah dikenal di luar sulsel), apalagi setelah kehadirannya yang cukup menjadi penyempurna dalam film Panai, produksi lokal orang orang kreatif Makassar, di tahun 2016 kemarin.

Tumming Abu yang ikonik, sepertinya cukup mewakili remaja pria kebanyakan di kota Makassar. Wajah pas pas an, ekonomi sederhana, dan tingkat pendidikan yang sesuai dengan usia mereka yang saya duga berkisar antara 23-27 thn. Dan tentu saja, lakonnya yang tetap menggunakan keaslian mereka sebagai suku bugis makassar, yaitu tata cara dan dialek berbicara yang orang makassar, yang cepat, sedikit kasar dan pastinya okkots. Disitu mungkin menjadi titik berat, mengapa mereka menjadi menarik dan mencuat kepermukaan.

Penggunaan ikon-ikon yang merupakan kearifan lokal makassar, terasa begitu alami, apa adanya, bahkan mereka dengan tengilnya, sengaja menggunakan keaslian keaslian yang terjadi dalam kehidupan sehari hari mereka. Menyebutkan jajanan-jajanan murah dan khas  ala anak makassar, jalangkote, taripang, dan lain sebagainya. 

Permaianan permainan anak jaman dulu, enggo enggo, lojo lojo, some-somedang (hahaha, dan ini berhasil bikin generasi 90 an mengingat masa kecilnya), menyebutkan hal hal yang sedang trend dikalangan anak muda makassar, atau menyindir sesuatu yang bagi kebanyakan anak muda makassar serasa dipaksakan, seperti logat jakartanya, gaya berbusana, dan keinginan tampil keren. Atau bahkan parodi dari suatu iklan atau film yang sedang booming.

Kerennya, karena selain mengangkat kearifan lokal berupa dialek dan kebiasaan khas orang makasar, menampilkan tempat tempat wisata dan kemajuan kota makassar, pada akhirnya mereka juga berhasil meraup materi, karena keberadaan mereka sebagai selebritis makassar yang otomatis membuat mereka menjadi dikenal luas dan bernilai jual, akhirnya menarik perhatian corporate corporate multi nasional menjadikan mereka sebagai brand ambasador ataupun pengisi iklan mereka. 

Tengok juga Youtube dan instagram mereka, iklan-iklan nasional pun worth it memasang budget promosi mereka disana. Dan semuanya tetap berkiblat pada gaya khas mereka dan mengangkat kearifan lokal kota Makassar, salut dengan ide, konsistensi, dan keberhasilan mereka.


Kehadiran mereka, seperti menjadi cermin dari sebagian besar penduduk kota Makassar, yang kebanyakan juga telah berusaha menghapus atau menyembunyikan keaslian-keaslian tersebut. Dan bagi sebagian lain, kehadiran mereka seperti mengembalikan memori masa lalu, atau kenangan masa kecil. 

Apalagi yang kini, bermukim jauh dari kota Makassar. Bahkan untuk saya sendiri, yang setia sejak kecil hingga usia 39 tahun menetap di kota makassar, celotehan celotehan berhasil membangun emosional saya sebagai penduduk kota makassar, dengan berbagai macam ikon-ikon kota makassar yang lucu, menjijikan tapi menggelikan, sakkulu, kacci, jalla, salah picca, sarru, lending, sekke hanya asli orang makassar, yang paham, arti kata kata tersebut. Hahahha.

Setelah Tumming Abu, Lalu muncul lagi generasi berikutnya. Meskipun secara usia, mereka jauh lebih tua dari Tumming Abu, Namun mereka pun mampu bikin greget, tetap karena keaslian dan kearifan lokal yang menjadi ciri khas mereka. Penamaan genk mereka pun tetap menggunakan kata yang familiar bagi orang makassar, Jalangkote rasa keju (Itu maknanya sindiran, karena aslinya jalangkote itu jenis jajan pasar yang menggunakan sayuran dan telur, tidak sama sekali mengunakan keju). Si genk Jalangkote rasa Keju ini, buat saya masih baru, tapi mungkin mereka pun telah lama merintis video video parodi yang kemudian belakangan menjadi cukup booming, setelah mereka membuat parodi dari Film Dilan 1990. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun