Mohon tunggu...
MamikSriSupadmi
MamikSriSupadmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Anggota Bank Sampah Desa. Anggota Fatayat Muslimat NU Ranting

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Budaya Amplop: Korupsi Berjamaah yang Samar

14 Desember 2021   11:48 Diperbarui: 14 Desember 2021   11:52 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Amplop putih bersih dan didalamnya berisi Rupiah. Siapa yang tidak suka? Amplop putih memang menyenangkan dan sudah menjadi bagian begitu banyak kegiatan dalam bermasyarakat. 

Uang sumbangan untuk hajatan pengantin yang akan dimasukkan dalam kotak, akan berkumpul jadi satu dalam tumpukan amplop putih yang bernama. Harap maklum saja, terkadang dalam undangan atau punjungan hajatan ada juga yang menambahkan "Dengan tidak mengurangi rasa hormat, tidak menerima kado, hadiah parcelan dsb. ". 

Padahal dulu momentum membuka kado itu terasa spesial karena ada semacam pertolongan dan kenangan mengisi pernak pernik rumah. Sangu atau angpau dari tetua lebih afdol bila diberikan langsung ketika bersalaman. 

Kalau tangan sudah tidak muat, baskom penuh tuah sebagai simbol "dengkulan" atau restu dari tetua yang hadir siap menampung. Ada pelajaran yang tersirat bahwa uang sangu yang diberikan adalah modal untuk memulai bekerja keras membangun rumah tangga sebagai keluarga baru dengan usaha sekaligus hasil agar berkah. Halal lebih jelasnya, karena bisa menuntun bahagia yang sesungguhnya.

Amplop putih penuh kebahagiaan juga biasa saya nikmati ketika pembagian hasil tabungan dan SHU dari koperasi lingkungan RT setiap Senin Pon yang dibagikan saat Ramadhan minggu terakhir menjelang Hari Raya. Selain bertabur hadiah untuk juara Menabung juga beberapa dorprize sembako ikut memeriahkan suasana. 

Koperasi RT saya termasuk maju dan katagori kredit lancar. Beberapa warga petani dan pedagang lebih suka menyimpan uangnya di kelompok koperasi warga. Judulnya agar tidak kalah dengan mereka yang menerima gaji THR, acara pembagian juga meriah karena makanan dus dan snack  ikut dibagi dan bisa dimakan ketika sahur. Amplop putih berisi uang sendiri karena iseng menabung tentu saja membuat senyum dan raut wajah sumringah, apapun keadaan tetap bisa berHariRaya.

Lalu bagaimana dengan amplop putih berisi tulisan uang transport dengan sejumlah nominal didalamnya saat kita tanda tangan absen di acara kumpulan Balai Desa dalam rangka rapat tertentu atau banyak momentum yang menggunakan Balai Desa maupun Aula atau titik berkumpul lainnya dalam kegiatan yang ada kaitannya dengan sosial politik pemerintahan? 

Saya bukan bagian keuangan atau bendahara jadi tidak paham masuk anggaran apa untuk hal hal yang bertuliskan uang transport.Dan juga tidak mengkritisi karena informasi mengenai laporan keuangan mu gkin hanya bersifat internal saja. Apalagi ketika ada sponsor acara dari perusahaan swasta tertentu yang menitipkan tambahan uang kasnya untuk kegiatan dalam lingkungan. 

Uang kas dan transport yang terima beres saja karena kita kan juga tidak membuat atau terlibat dalam pembuatan proposal maupun laporan kegiatan.  Budaya terima beres, dan kemudian disahkan secara berjamaah. Ya itulah pokoknya terima beres. 

Korupsi kecil kecilan yang pernah saya lakukan dengan ibu ibu jamaah adalah ketika berbelanja dan distruk tertulis angka ajaib misalnya 82980 akhirnya ya kita anggap aja 83000. Dan ini ibu ibu sih syukur banget no rewel iyain saja daripada pusing.  Hayo kalian bagian yang ditugasi berbelanja, pernah juga pastinya mengalami hal yang serupa. Geli sendiri ya kalau mengingatnya.

Amplop putih berisi lembaran uang yang sedikit demi sedikit akan jadi bukit sesuai peribahasa ; yang semoga lancar kami terima adalah uang dari pengelolaan sampah.  

Nanti, saat Ramadhan juga. Amplop putih penuh rasa syukur, hasil jerih payah dan semoga membawa bahagia lahir batin itulah yang sejatinya selalu saya sematkan dalam pengharapan  doa.  Maklum berdoa ini gratis, laris manis dan jangan sampai dikorupsi setiap untaian permohonan kebaikannya. Toh konon kita ini sudah banyak berjamaah berkorupsi dalam penggunaan waktu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun