Mohon tunggu...
MamikSriSupadmi
MamikSriSupadmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Anggota Bank Sampah Desa. Anggota Fatayat Muslimat NU Ranting

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak RT RW Sekarang Lebih Kekinian

15 Oktober 2021   22:27 Diperbarui: 15 Oktober 2021   22:40 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rukun Warga disingkat RW, sedangkan Rukun Tetangga disingkat RT. RT bagian dari RW. Ibu ibu zaman sekarang akhirnya mempunyai grup ala sosialita ,gegara terbentuknya arisan RT, arisan RW. Kalian anggota yang mana nih di lingkungan kalian bermukim? Ikut semuanya?

Secara bercanda, pak RT dilingkungan saya sering kami panggil pak ReTe. Tentu saja panggilan gaul ini seiring dengan eksistensi beliau dan jiwa muda yang dinamis. Tetapi jangan pula, langsung membayangkan pakRT saya seperti pak RT di sinetron "Jodoh Wasiat Bapak" yang benar benar berjiwa muda dan stylish. 

Beberapa sahabat saya dibangku sekolah dulu, ternyata ada juga yang menerima sampur tanggung jawab sebagai pak RT maupun RW . Ada yang bermukim dikompleks perumahan kota, ada pula yang  menjadi semacam tetua di lingkungan rumahnya didesa.  Jadi, bisa kita bayangkan kan bahwa lingkungan kita bermasyarakat dilokasi area manapun membutuhkan punggawa pak Erte Erwe. 

Ditempat saya bermukim ada lima RT dibawah koordinasi satu RW. Seingat saya sudah 3kali kami mengadakan pergantian pak RT dan ketiga periode penggantian ini mengikuti mekanisme serentak yang diadakan oleh desa. Sedangkan pemangku jabatan dari ketiga periode sebelumnya termasuk golongan pak RT abadi . Dari beliau bekerja sebagai guru sampai pensiun, jabatan pak RT ini masih terus beliau sandang. 

Dan warga sepertinya juga tidak berkeberatan alias oke oke lanjutkan saja karena tugas pak RT saat itu sepertinya lebih tepat diemban oleh abdi negara karena mereka dianggap lebih cepat mendapatkan informasi sehubungan dengan pengumuman pemerintah dan tentu saja informasi yang didapat lebih tepat dan akurat. 

Rutinitas harian pekerjaan pak RT saat itu juga dianggap sebagai sosok yang pas dan tidak canggung untuk blusukan ke kantor desa untuk diamanahi tanggung jawab kegiatan acara tertentu. Apalagi saat dulu tehnologi komunikasi tidak secanggih sekarang. Piranti mesin ketik dan stempel sepertinya hanya berada dipekerjaan tertentu saja. Warga lebih suka menyibukkan diri dengan mencari nafkah sesuai dengan aneka profesi yang kebanyakan swasta atau wirausaha.

Pak RT periode zaman dulu juga harus punya kemampuan sebagai corong perpanjangan tangan pemerintah untuk mensukseskan kegiatan kampanye tertentu, memobilisasi warganya untuk mendatangi acara tertentu entah dibalai desa atau lapangan desa yang sifatnya hiburan atau penyuluhan. Hebatnya lagi tentu saja kemampuan persuasif dari pribadi personal yang dipakai. 

Siskamling, ronda malam, kerja bakti penuh disiplin, undangan dari hasil mesin ketik termasuk beberapa kenangan zaman pak RT dulu. Walaupun sepertinya kurang ada pendidikan regenerasi tetapi pak RT sepertinya menikmati amanahnya. Tak heran pak RT RW dulu juga termasuk tokoh populer yang cukup dikenal sehingga undangan hajatan juga sering mereka terima. Warga memang akhirnya seperti termanja dan kurang komunikasi dua arah dengan berbagai kebijakan dan peraturan yang berlaku didaerah dan terutama desa, saat itu. Ya begitulah kenangannya.

Periode pak RT setelahnya sepertinya juga cukup diwarnai suka dan duka. Era pembagian "raskin" , mulai masuknya PNPM ke desa desa, leasing yang booming memberi sedikit warna. Pak RT kadang menjadi sumber rujukan mengenai perilaku harian seseorang yang ada kaitannya dengan hutang piutang. Tentu saja dilematis dan serba salah bukan. 

Alih alih agar jangan sampai ada yang merugikan dan dirugikan, kalau terpeleset omongan sedikit saja dinyinyiri menghalangi kemauan warga. Maklum warga RT sekarang lebih pandai berkomentar. Yang kritis, membangun dan ngasal komen saja campur baur kadi satu dan semua minta diperlakukan.sama haknya sebagai bagian dari warga. Awal awal muncul bantuan pemerintah saja, tudingan pilih kasih dilontarkan warga yang tidak terlalu paham mekanisme dari pemberian bantuan atau program pemerintah lainya. 

Tiga kali ganti pak RT dilakukan dengan beragam alasan. Yang pertama karena pak RT yang bekerja dibidang proyek bangunan ini ingin lebih fokus ke proyeknya yang berada diluar kota. Warisan renovasi musholla warga kami anggap termasuk prestasi yang bagus karena beliau bisa mengajak kesadaran warga untuk berdonasi, mengumpulkan donasi dari warga yang merantau dan menerapkan ilmu bangunannya sehingga pembangunan musholla berjalan on the track. Pengganti berikutnya adalah warga biasa tetapi anggota kelompok tani didesa. 

Kami daulat karena ada pengalaman berorganisasi. Tetapi beliau paling enggan dengan kegiatan yang sifatnya memungut iuran warga. Biarlah kegiatan RT berjalan apa adanya sesuai kas bantuan yang didapat dari desa. Warga walaupun geregetan tetapi jadi lebih kreatif. Yg penting pak RT mensupport dan nurut kemauan kami. Walhasil ada simpanpinjam Senin Pon yang merupakan ide warga, penarikan pembayaran listrik bulanan plus uang jasanya untuk tambahan kas. Arisan jamaah Yasinan dll. Walau tidak terlalu kreatif tetapi orangnya jujur sehingga kas warga aman. 

Semua pekerjaan pak RT saat itu sudah didukung tehnologi HP dengan fitur SMS, BBM . Dan inilah cikal bakal yang selanjutnya memberikan amanah pak RT agar lebih update dengan tehnologi komunikasi. Anda pasti saat ini sudah tergabung dalam grup WhatsApp RT, Ibu Ibu arisan RT bukan? 

Informasi, usulan, dan evaluasi kegiatan dalam lingkup RT bisa dibahas secara terbuka dalam grup. Kekinian pak RT RW sekarang adalah karena mereka juga bagian penting dari otonomi Desa. Ikut andil dalam rapat pembangunan desa sekaligus membahas anggaran dalam Musrenbangdes harus mereka ikuti. 

Tentu saja pak RT sekarang dituntut lebih mempunyai wawasan kedepan karena harus punya ide dan bisa menggaĺi potensi lingkungannya. Tak heran apabila pak RT sekarang juga harus pandai membuat rancangan proposal sederhana. Kalau mau lancar melaksanakan tugasnya juga harus bisa bekerjasama dengan baik dengan elemen kader Posyandu, pemangku agama yaitu modin dan punya grup karang taruna yang bisa diandalkan. 

Tak mumgkin ber ide fiktif dan proposal asal asalan saja. Karena harus mempunyai kemampuan yang plus inilah pak RT RW juga terkadang mendapatkan insentif dari Kepala Desa. Kekinian tehnologi komunikasi pastinya berbiaya. Apalagi ikut menginformasikan bantuan selama pandemi Covid diluar PKH, mensukseskan vaksinasi warga bekerja sama dengan team Puskesmas, menyampaikan informasi bantuan yang ada kaitannya dengan Pertanian dan Perikanan, bantuan dari kas Desa pribadi sehubungan dengan kesuksesan lelang bengkok dll dsn pak RT dalam hal tertentu juga dimintai kerjasamanya dalam penerapan kegiatan di lapangan. Harus sabar juga yang jelas jiwa pak RT sekarang. 

Yang tidak mendapat bantuan karena basis data berasal dari sistem sensus penduduk, sensus ekonomi maupun kesehatan pasti akan bertanya kepada pak RT dulu apabila namanya tidak  tertera dalam daftar bantuan. Hehe riweh ya. Untuk jasa pak RT RW ini, tidak usah iri juga apabila setiap Hari Raya tiba mereka mendapatkan bingkisan sembako, kue kaleng dari pak Kades. Setahun sekali saja kok. Tak seberapa.  Tetap semangat yaaa....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun