Gaya gagah atau anggun berwibawa ini sejenak mereka hadirkan. Sesekali diselingi dadah dadah ke hadirin alias caper untuk memperkenalkan dirinya.Â
Hadirin biasanya berbisik bisik mencari tahu siapa bintang panggung cucuk lampah kali ini. Setelah mengantarkan mempelai dan orang tua masing masing ditempat duduknya, pengawal pengantin dia tata dipanggung sebelah kiri dan kanan untuk menemani mengisi acara.
Sapaan hangat kepada semua yang hadir, dan bertanya kabar pada hadirin yang beragam latar belakangnya menjadi awal lelucon. Apakah sudah panen, atau tanaman sedang diserang hama tikus, dan kemudian membantu mempromosikan lomba menangkap tikus berhadiah uang yang disponsori bank lokal setempat.Â
Tapi jangan meniru tikus nggragas ya sindirnya... yang doyan segala sikat kanan kiri. Â Yang panenan bagus dia ingatkan anugerah Tuhan dan jangan lupa berbagi.Â
Nah kesempatanlah bagi dia soal berbagi ini, menyanyikan lagu sambil meminta saweran. Yang saweran sedikit, lagunya dia nyanyikan sepotong potong. Sesuai dengan amal bakti dalihnya.Â
Karena penghiburan dan kesenangan abadi tentu dengan banyak memberi. Ada ada aja ya.. Atau sindiran halus kalau isi amplop kurang, nanti malas berangkat coblosan.Â
Iya apa iya? Hehe, satire ya. Coblosan bintang pantura kemudian dia berkelit. Tak lupa dia meminta maaf karena memotong Lagu. Tapi kalau ada dana bantuan untuk warga, semoga tidak ada potongan n full. Duh ada maunya yaa.Â
Celotehan dan canda riang saling meledek baik dengan hadirin maupun MC tentu saja untuk mencairkan suasana.
Sembari menikmati hidangan makanan khas ala menu hajatan hadirin dipersilahkan untuk jangan sungkan tapi juga jangan ndobel, sekenyangnya saja karena kenyang banget pasti ngantuk jadinya.Â
Tak elok dipandang mata, tertidur dihajatan, katanya. Kemudian dia memperkenalkan pengawal pengantin dan diajaknya bernyanyi atau menari.Â
Dia ingatkan usia baligh dan pentingnya menjaga diri. Orang tua juga jangan kasih kendor dalam pengawasan... Saatnya pada wejangan candaan kepada keluarga inti.Â