"Barusan selesai adzan shubuh, mas"
"Bimbing aku shalat shubuh ya, ma" pinta Andreas. Lagi-lagi Hana menitikkan air mata.  Hana  begitu terharu melihat kondisi Andreas, disaat Ia baru saja berjuang dari komanya, Ia tetap berusaha menjalankan kewajibannya, menjalankan shalat.Hana memegang kedua tangan Andreas, menempelkan ke alas tempat tidurnya dan menuntun membacakan doa niat tayamum. Kemudian dengan sabar Hana membimbing shalat shubuh. Hana tak bisa menghentikan air matanya, Ia begitu gembira, karena  suaminya  sudah  bisa diajak komunikasi kembali, meskipun Ia harus menyembunyikan kesedihannya, melihat sosok pendamping hidupnya yang makin menurun kondisinya. Andreas menitikkan air mata, entah apa yang Ia minta dalam doanya, hingga Ia benar-benar larut dalam kesedihan. Hana berusaha menenangkan hati Andreas, membelai dan mencium keningnya.
"Bapak istirahat dulu ya, gak boleh banyak gerak" perawat jaga sedang mengecek kondisi Andreas. Andreas hanya mengangguk, ta- ngan kirinya memegang erat tangan Hana.
"Ma, tadi ada malaikat Izroil datang menemuiku" cerita Andreas singkat. Hana  tersentak, Ia benar-benar  terkejut dengan  apa yang diucapkan Andreas.
"Huzz! Itu hanya mimpi,Mas"
"Bener,  Ma. Seseorang berjubah  putih  datang  menghampiriku, menatapku  lama, dan mengucapkan salam, tapi kemudian  Ia pergi menjauh" jelas Andreas ketakutan.  Hana memasang wajah serius, Ia mengamati wajah Andreas,mendengarkan dengan seksama.Kemudian mencoba mencerna perkataan  Andreas. Namun, perkataan  Andreas tetap saja mengganggu pikirannya,  membuyarkan  konsentrasinya. Ada  rasa  takut,  dengan  kondisi  Andreas, ada  rasa  khawatir akan terjadi hal buruk pada Andreas. wajah Hana memerah, matanya mulai berkaca-kaca, tapi Hana tetap berusaha tenang.
"Emm, sepertinya malaikat hanya lewat saja, mas" gurau Hana
"Tadi malam pasien depan itu meninggal dunia, nah, sepertinya malaikat menjemput  pasien  itu" hibur  Hana  sambil mengarahkan telunjuk jarinya ke arah ranjang kosong di depan ranjang Andreas. Andreas hanya  mengangguk,  Ia terdiam, matanya  kosong, pandangannya tertuju ke arah atap ruang ICU, lama Ia memandang langit- langit  ruang  ICU, kemudian  mengusap  wajahnya  dengan  tangan kirinya. Andreas membalikkan pandangannya, kali ini Ia menatap lama wajah Hana dengan tatapan  kosong, tatapan  yang tidak bermakna, sementara  tangannya memegang erat tangan Hana, memberikan pertanda  seakan tak ingin berpisah darinya. Melihat suaminya menatap lama wajahnya, Hana mengalihkan pandangannya.
"Mas, istirahat  aja  dulu  ya"  Hana  merapikan  selimutnya  dan mencium kening suaminya. Andreas tersenyum, menghela nafas dan memejamkan matanya. Hana melanjutkan  berzikir, sambil tetap tangannya memijit lembut kaki Andreas.
* * *
Hana mendorong  kursi roda Andreas, mengajaknya berjemur di depan  rumah.  Aura wajah Andreas memancarkan  cahaya, layaknya seorang bayi yang baru lahir. Pasca koma beberapa hari dan harus inap di ICU, wajah Andreas terlihat begitu bersih, mata sayunya tampak begitu  jernih,  tak  bernoda.  Kulit  tubuhnya  memancarkan  cahaya yang tidak biasa. Sementara mulutnya terus bergerak seperti berzikir. Namun, pandangannya kosong, Ia hanya menatap pohon beringin di depan rumah. Seperti ada yang dicari, tapi Hana tak tahu apa yang Andreas cari.