Mohon tunggu...
Mama Totik
Mama Totik Mohon Tunggu... Administrasi - Bincang Ringan di Ruang Imaji

Coffee - Books - Food - Movie - Music - Interior - Art - Special Parenting www.debiutilulistory.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajarlah Menjadi Istimewa!

27 Februari 2021   14:04 Diperbarui: 27 Februari 2021   14:15 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gene Autry, seorang penyanyi berparas ganteng dan aktor cowboy asal Texas, pada mulanya sangat tidak pede dg asal dirinya. Saat memulai karir nyanyi, dia mengubah penampilan dari gaya berpakaian hingga cara berbicara. Seakan akan ia adalah anak muda asal New York.

Saat itu mungkin New York adalah tolok ukur modern sedang Texas identik dengan "udik". Ternyata yang dia dapat hanyalah cemooh dan tertawaan. Hingga akhirnya dia mulai memainkan banjo, menyanyi balada cowboy dan justru dapat sambutan meriah. Gene menjadi bintang cowboy layar perak dan radio yg sangat populer. Kesuksesan diraih setelah jadi diri sendiri.

Si ganteng Gene Autry Sumber : countrymusichalloffame.org
Si ganteng Gene Autry Sumber : countrymusichalloffame.org

Aliran Me Too

Masih banyak lagi contoh kegagalan karena tidak jadi diri sendiri. Pun dalam bidang non artis. Contoh sederhana, saat satu orang sukses bikin bakpia pathok dengan merk 7*di Yogya, maka langsung muncul sederet kios penjual bakpia dg merk yang hampir mirip-mirip. Bakpia 25, bakpia 65, bakpia 55 dst. Sukseskah ? Tidak.

Karena pembeli akan selalu cari yang aseli, kecuali kepepet kehabisan. Padahal alih2 jadi peniru atau tenar dengan julukan pengikut aliran "me too", para "plagiator" bakpia sebenarnya bisa memunculkan ide2 baru dari dirinya sendiri.

Kesuksesan bakpia kukus cap Toego* misalnya bisa jadi contoh bagaimana pemrakarsa sangat percaya diri dengan resep sendiri. Hasilnya ? Orang sampai rela antre di bawah rintik hujan demi mendapatkannya. Kok dari artis top lompat ke kuliner ? Nah itu mungkin juga gaya khas saya yang suka jajan qiqiqi...

Pengikut aliran "me too" ini masih selalu ada. Semangat copas yang demikian tinggi sebenarnya sudah menjadi penutup potensi diri. Seorang dosen pembina kreativitas mahasiswa (PKM) pernah mengeluh ke saya tentang hal ini. Karena situasi yang masih pandemik, maka pihak pengampu meminta agar bentuk kegiatan PKM bersifat blended, artinya 50:50 antara daring dan luring. 

"Tahu apa pertanyaan pertama dari para mahasiswa itu?" tanya dia.

Tanpa menunggu jawaban dari saya dia menjawab "Contohnya mana pak ?"

"Saya nggak habis pikir, kemana daya kreasi mereka, sifat PKM blended kan baru tahun ini, kenapa yang ditanyakan contoh, seakan-akan pandemik sudah berlangsung puluhan tahun" keluhnya. Saya nyengir.

Kenapa nyengir ? Karena jujur, sayapun dulu pengikut me too ini. Melihat orang posting lukisan bagus-bagus di medsos, saya jadi kepingin ikutan melukis. Tapi akhirnya saya sadar bahwa hobby saya memang menggambar, tapi saya menginginkan kebebasan dalam memberi detail detail, salah satu ciri khas karya saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun