Di ruang duduk AC, ada ornamen sangat menonjol, yakni tulisan bergaya kuno, Ik Hou Van Semarang. Artinya "Saya Cinta Semarang", berasal dari bahasa Belanda. Coba tulisannya Ik Hou Van Jou ( aku cinta kamu ) pasti lebih seru
Di beberapa sudut ruangan, diletakkan perabot-perabot bergaya vintage sebagai ornamen seperti gramophone ( pemutar piringan hitam ), radio kuno, drawers console table, tall chest of drawer, lemari jam hias, semua bergaya kuno. Sebetulnya menarik, hanya perletakannya tidak pas. Padahal akan lebih menarik lho jika ditata seakan-akan perabot2 kuno itu masih berfungsi seperti dulu.
Misalnya , demi apa gramophone dan radio kuno diletakkan nangkring di atas dinding pada ketinggian lebih dari 2,5 meter ? Saya kalau nggak iseng mendongak ke atas liat2, nggak bakal liat tuh ada gramophone di situ. Selain letaknya sangat tinggi, tidak ada lampu yang menyoroti keberadaannya. Padahal gramophone ini ,pada masa dulu, biasanya diletakkan di atas meja merapat dinding atau di atas salon kayu, di ruang tengah. Setelah makan bersama, orang tua jaman dulu akan pindah duduk di sofa berjok rotan ruang tengah yg lebih rendah dari kursi makan, leyeh leyeh sambil mendengarkan lagu "klangenan" (Red. kesukaan) diputar dari gramophone. Mereka akan memilih-milih mana piringan hitam yang disukai, lalu diputar. Orangtua masa dulu biasanya memilih lagu-lagu Neil Sedaka. Sedang anak-anaknya bisa pilih Dondong Opo Salak nya alm Kris Biantoro. Generasi masa kini mungkin nggak kenal lagu-lagu itu, hehehe.
Jadi ketimbang diletakkan di ketinggian 2,5 m yang orang hanya bisa melihat jika tengadah, mungkin lebih bagus jika dipasang di salah satu meja yang menempel dinding. Seakan-akan masih difungsikan.
Letak console table yang berderet deret dengan tall chest drawers dan lemari jam kesannya seakan di toko meubel. Bukan kenapa-napa, hanya merasa sayang saja, dengan perabot2 vintage yang bagus dan tentu mahal, melalui perletakan tepat, bisa membuat citra tempo dulunya makin kuat. IBC ( Ikan Bakar Cianjur ) di Kota Lama atau Koena Koeni di Candi Baru mungkin bisa menjadi referensi bagaimana memanfaatkan perabotan vintage secara menarik. Lain waktu akan saya tulis.
Galeri Masa Lalu
Untuk memperkuat citra tempo dulu, dinding ruang banyak ditempeli foto-foto hitam putih berbingkai kayu sederhana. Foto-foto itu menggambarkan orang dan suasana tempo dulu. Ada foto artis tempo dulu, foto suasana sebuah kota, foto seorang bapak sedang menggendong anak lelakinya dll. Betul-betul menjadi daya tarik tiap kali saya ke sini. Nempelnya nggak beraturan. Memang tepat sih karena jika kita mengamati foto-foto jadul kopitiam, foto-foto ditempel dengan sembarang.