Mohon tunggu...
Mamat AS
Mamat AS Mohon Tunggu... Guru - Suka bertani

biar ganting asal kada pagat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

K.A. Kahuripan

2 Juli 2024   15:57 Diperbarui: 2 Juli 2024   16:07 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Dokumen Pribadi

malam berlari di atas rel

kantuk bersama gerbang terakhir

dilepas desir pohonan duka lampu stasiun

aroma besi berdecit ngilu

rasa berpisah

malam makin dalam

pelan bayangmu menjauh

tapi debar darah di dada makin dekat

tak pernah reda sepanjang rel

melintas sisa batas

senyum tetap kau gerai

jalin benangbenang sulam

kenangan senja diri

perpisahan yang tak ingin

aduh rindu semakin menjerit

sisi rel menyeret sawah ladang

sendratari gerbong anggun melaju

buai sisa angan tertinggal

tercecer berserak di stasiun

dan rindu terpukau

di punggung rel senyum lepas

merekah perpisahan abadi

di pintu gerbong tangga mengulur

rinduku tinggal setapak lagi

pluit langsir berdesing

gerbong ke empat mulai berjalan

tinggalkan k a kahuripan

bawa berkasberkas doa

harapan di stasiun akhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun