Hadis itu berbunyi begini:
Dari Abu Hurairah, dari Nabi s.a.w. Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah berfirman: 'Hai anak Adam. Luangkan waktumu untuk beribadah kepada-Ku -- Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku bendung kemiskinanmu. Bila tidak engkau perbuat, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan sementara tidak Kubendung kemiskinanmu.'" (HR. At-Tirmidzi)
Aku mencoba merenungkan hadis itu.
"Aku penuhi dadamu dengan kekayaan"?
Kekayaan dalam pikiranku masih soal materi, soal uang, soal beras besok masih ada atau tidak, soal rumah, soal mobil dan soal-soal lain tentang kebutuhan perut dan nafsuku. Duuuuh... aku merasa malu pada-Mu ya Raab.
Engkau katakan "Aku penuhi dadamu dengan kekayaan". Bukan "Aku penuhi rumahmu dengan uang dan lempengan emas."
Kekayaan seperti apa yang bisa ditampung di dadaku yang tak sebidang dada Ade Rai ini?
Aku pun terus merenung dan terus merenung.
Sementara cahaya pagi mulai menerobos pintu dan jendela rumahku yang kubuka lebar-lebar. Burung-burung semakin ramai bernyanyi dan bermain kejar-kejaran di kebun Pak Haji depan rumah kami.
Di pikiranku pun ada sedikit cahaya yang masuk. "Dada ini kecil memang, tapi di dada ini ada hati yang bisa seluas dunia dan akhirat." Pekikku dalam hati.
"Yessss....Allah memenuhi dada yang di dalamnya bersemayam hati yang senantiasa bersyukur dan berbagi." Teriakku.