Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ciuman Berdarah

30 November 2018   11:30 Diperbarui: 30 November 2018   13:03 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang yang melintas di depan kontrakan itu menutup hidung dengan jarinya. Jalannya melipir ke pinggir jalan, menjauh dari kontrakan itu. Bau busuk dan bau amis mengejar setiap orang yang melewati rumah kontrakan itu. Bau busuk itu terkadang hilang tertangkap angin. Lalu muncul dan mengejar lagi.

Tidak hanya itu. Ketika malam merayap. Terdengar suara perempuan menangis mengiris hati yang terdengar dari kamar atas kontrakan itu.  Seakan malam menghujam yang membuatnya tak kuasa menahan tangisnya.

Kalau sudah seperti itu, orang-orang yang mendengar tangisnya itu akan lari tunggang-langgang seperti dikejar anjing. Lupa apa yang dibawa. Tak ingat di depan ada apa. Semua diterjangnya.

Suatu malam, kontrakan sebelah yang terdengar suara tangisnya itu banyak orang berkerumun. Sayup-sayup terdengar orang yang meminta sesuatu.

"Di mana kaki saya? Dimana tangan saya? tolong temukan anggota tubuh saya," kata Lina meracau.

Orang-orang yang ada di kontrakan itu memegang tangan dan kaki Lina. Seorang yang dianggap orang pintar atau orang yang bisa tentang ilmu ghaib diundang untuk menangani Lina.

 "Siapa ini? Jangan ganggu Lina!" teriaknya sambil mencipratkan air ke wajah Lina. "Di mana kaki saya? Dimana tangan saya? tolong temukan anggota tubuh saya." Kata Lina sambil meronta. Ingin membebaskan diri.

Meskipun ada empat orang yang memegangi Lina, tapi tenaga Lina sangat luar biasa. Nyaris saja Lina lepas dari pegangan.

Orang pintar itu sekali lagi mencipratkan air dari mangkok ke wajah Lina sambil mulutnya tak henti-henti komat-kamit.  

"Siapa ini? Jangan ganggu Lina! Pergi jauh ke hutan!"
Kata orang pintar itu mengulang perintahnya. Lina hanya meronta-ronta tak menjawab. Orang pintar itu untuk kesekian kalinya mencipratkan air yang ada di mangkok.   

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun