Hati Anti sangat terpukul dengan sikap suaminya itu. Ia menjadi murung dan terlihat sangat layu. Tidak ada lagi rembulan yang bersinar di wajahnya. Ia kusam dirundung masalah bagai malam tanpa bintang. Ia semakin sedih ketika teringat pesan penghulu waktu ia menikah.Â
"Pernikahan ini akan otomatis berakhir ketika pihak laki-laki pulang ke negaranya atau diperkirakan sekitar dua bulan masa liburannya,"
Jelas Anti bersedih dan sangat terpukul. Karena ia terbayang dengan jelas jalan terjal yang akan dihadapinya ke depan. Kehidupan orang tuanya yang sudah sangat susah akan bertambah susah dengan kehadiran bayi darinya. Awalnya ia membayangkan kehidupan dirinya dan orang tuanya akan lebih baik dengan perkawinan model ini. Tapi kenyataannya berbeda 180 derajat.
Yang ada saat ini dibenak Anti adalah sebuah penyesalan yang amat sangat. Ia sadar akan kesalahannya mengambil keputusan. Ia bertekad ingin melanjutkan sekolahnya. Pilihannya adalah dengan mengikuti program kejar paket B, C dan ia betekad ingin sampai kuliah. Ia ingin membuktikan ia mampu membahagiakan kedua orang tuanya.
Jakarta, 22 Oktober 2018
*Cerpen ini terinspirasi dan sejumlah data diambil dari hasil penelitian Rumahkitab dalam bukunya "Kesaksian Pengantin Bocah".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H