Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orang-orang Belakang

20 September 2018   12:14 Diperbarui: 20 September 2018   13:13 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: pixabay.com)

"Kami maklum Bu Lurah, tapi tolong perhatikan juga hak istirahat kami. Kalau sampai jam lima bolehlah. Kata mas Bayu berusaha tenang.

"Lalu usulnya apa?" tanya bu lurah.
 "Kalau bisa paling malam  sampai jam 9 malam saja."
"Betul Bu. Apa lagi teman saya ini, mas Budi, itu kerjaanya tukang sayur di Pasar. Jualannya malam. Sore sampai jam sebelas tidur. Kalau malamnya berisik kapan istirahatnya?  kalau kerja bangunan itu sampai larut malam itu namanya kurang ajar." Kata mas Bayu menyengat.
"apalagi siang juga berisik." Sambung bang Soleh.
Suasana menjadi tegang. Mpok Laela yang duduk sebelah saya berbisik
"saya jadi takut kang Agus."
"Tenang saja tidak akan apa-apa." Kata saya menenangkan.
Ibu Lurah berdiri dengan raut muka tidak senang. Diambilnya hp di tasnya lalu "hallo, Babinsa tolong ke kantor kelurahan. Ada hal penting." Kata Bu Lurah dengan nada serius.
Sementara Saya berbisik ke mas Bayu "ngapain telpon-telpon Babinsa coba."
"mungkin dia pengen gertak kita kang." Kata mas Bayu.
sementara staf kelurahan sibuk mengambil gambar kami beberapa kali dengan camera handphonenya. Kami sempat curiga. Jangan-jangan foto-foto kami akan dijadikan dokumentasi untuk mengenal kami. Pada gilirannya kami akan dipersulit dalam mengurus surat-surat di kelurahan.  

Suasana semakin tegang. Untuk sementara semua orang terdiam menahan nafas. Hanya suara jarum jam yang terdengar.

Pak RT duduk  di belakang Bu lurah. Dia diam, tidak memberikan komentar. Dari cara bicaranya, waktu dia ke rumah kami,  kami merasa Pak RT ada di belakang pihak kami sebagai warganya. Apalagi sebelumnya ia bercerita sangat kesal dengan sikap Bu Lurah dan Kepala Proyek itu. Pasalnya, ia sebagai ketua RT 12 tempat dimana lokasi Kelurahan itu berada tidak diundang pada acara peletakan batu pertama pembangunan gedung kantor Kelurahan Balerombeng yang akan dibangun.

"Saya merasa tidak dianggap sebagai ketua RT. Masa dalam peletakan batu pertama saya tidak diundang. Saya marahin aja kepala proyek dan Bu Lurah itu. Abis songong." Dengan nada emosi. Begitu waktu itu Pak RT berkeluh kesah.    

Suhu AC kantor kelurahan tak sanggup mendinginkan hati kami semua. Suasana terasa panas.

Kepala proyek yang ditunggu-tunggu tidak juga datang. Setelah staf kelurahan menjemputnya, yang datang hanya stafnya.

"Ini dia orang proyek. Silakan jelaskan." Kata Bu Lurah.
Staf proyek ini menjelaskan seperti apa yang disampaikan oleh Bu Lurah tadi. Bahwa proyek pembangunan kantor kelurahan ini harus selesai bulan november. Kalau tidak selesai, perusahaannya  akan terkena denda.

Itu kan urusan kalian. Kenapa kalian ambil proyek itu tanpa mempertimbangkan lokasi dan kondisi masyarakat sekitar. Bisik hati saya.  

"Kami tidak muluk-muluk, hanya minta kegiatan proyek berhenti sampai jam 9 malam. Biar kami bisa istirahat. Terutama mas Budi yang kerjanya malam." kata mas Bayu mempertegas kembali.

"Baik. Saya akan sampaikan ke kepala proyek." Kata si staf dengan tenang. Sepertinya ia enggan berdebat lebih panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun