Coba yang rasionalitas tadi dijelaskan dengan bahasa Indonesia...?
Jadi begini loh, meski bebas berkehendak dan bertindak tidak berarti setiap orang akan melakukan apa pun loh. Contohnya, seseorang bisa aja merasa berhak untuk merokok (sepanjang taat dengan aturan yang berlaku tentunya), namun dengan rasionalitasnya dia akan:
- Mempertimbangkan biaya yang harus ditanggung untuk membeli rokok. Dengan analisis opportunity cost, uang yang sama dapat dipergunakan untuk membeli keperluan lain yang lebih bermanfaat.
- Mempertimbangkan dampak buruk merokok terhadap diri sendiri dalam jangka panjang, yang jelas ditulis dibungkus rokoknya sendiri.
- Mempertimbangkan pengaruh buruk merokok bagi keluarga terdekat dalam jangka panjang, dst...
Nah, dengan pertimbangan rasionalitasnya tadi (dengan asumsi masih berfungsi dengan baik), seorang liberalism pun akan berkesimpulan logis untuk tidak merokok. Ganti lah kata merokok dengan judi (statistically impossible to win), minuman keras (mahal dan dalam porsi berlebih dapat merusak fungsi hati), sex bebas (penularan penyakit), pemakaian helm, makan makanan yang mengandung kolesterol tinggi, dan yang laen-laen. Intinya, kebebasan yang didukung ini tidak berarti bablas tanpa tanggung jawab. Justru pertanggungjawaban yang pertama dan utama adalah kepada diri sendiri.
Emmm, permasalahannya apakah semua orang mampu berpikir logis dan rasional sepanjang hidupnya?
Anda sangat benar. Seperti di ulas di sini dan di sini, seseorang sangat rentan untuk bertindak tidak rasional, bisa diliat dari sekian banyak contoh nyata banyaknya orang yang merokok, naek motor gak pake helm, minum minuman keras, dan lain-lain yang jelas tidak rasional.
Ada banyak analisis mengapa seseorang bisa bertindak tidak rasional, setidaknya: