Mohon tunggu...
Maman Firmansyah
Maman Firmansyah Mohon Tunggu... -

pegawai, suami, ayah, dan finance turn economics avid reader...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebebasan Bertindak dan (Ir)Rasionalitas: Kenapa yang Enak-enak itu (Kadang Perlu) Dilarang?

24 Juni 2012   00:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:36 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • Pada tahun 2006, Blomberg melarang "trans-fat" di restoran, yaitu penggunaan hydrogenated vegetable oil dalam proses memasak di restoran. Atas kebijakan ini, diketahui bahwa penggunaan trans-fat di restoran telah turun dari sekitar 50% menjadi hanya 2% saja. Namun demikian, belum ada data yang pasti mengenai dampak pelarangan ini terhadap level kolesterol warga.

  • Masih pada tahun yang sama, New York mewajibkan restoran dengan jumlah outlet lebih dari 15 untuk menampilkan informasi mengenai kandungan kalori dalam makanan yang dijual. Belum ada hasil yang seragam dari manfaat pelarangan ini.

  • Pada tahun 2009, New York meluncurkan National Salt Reduction Initiative, yang menargetkan penggunaan sodium dalam 62 kategori makanan dan 25 macam makanan di restoran.

  • Pada tahun 2008, Bloomberg mengusulkan pengenaan tarif sebesar $8 terhadap kendaraan yang memasuki dan meninggalkan New York pada jam kerja. Sayangnya, aturan akhirnya ini tidak jadi dilaksanakan.

  • Tapi jangan khawatir, di Indonesia juga punya pejabat sejenis pak Bloomberg ini yang hobi menerbitkan kebijakan yang ngatur-ngatur kebiasaan hidup warganya...


    Hah, emang ada juga pejabat yang mirip pak Bloomberg ini di Indonesia?


    Ya, pak Walikota Depok, Nurmahmudi Ismail. Beliau setidaknya pernah mengatur mengenai:

    1. Kampanye makan dengan tangan kanan. :)

    2. Pelarangan kantin-kantin di lingkungan Pemda Depok menjual nasi setiap hari Selasa.

      HALAMAN :
      1. 1
      2. 2
      3. 3
      4. 4
      5. 5
      6. 6
      7. 7
      8. 8
      9. 9
      Mohon tunggu...

      Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
      Lihat Filsafat Selengkapnya
      Beri Komentar
      Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

      Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun