Artinya: "Ya Allah, hidupkanlah dan matikanlah aku sebagai orang miskin dan kumpulkanlah aku bersama orang-orang miskin" (HR At-Tirmidzi).
Doa ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW menghargai keadaan miskin dalam artian tertentu dan tidak melihatnya sebagai sesuatu yang semata-mata negatif. Jika kemiskinan zahir sedemikian buruknya hingga mendekati kekufuran, tentu tidak mungkin Nabi berdoa untuk hidup dan mati dalam keadaan miskin. Ini menunjukkan bahwa ada dimensi lain dari kemiskinan yang dimaksudkan oleh baginda Nabi, yaitu kemiskinan hati, sikap kerendahan hati, kesederhanaan, dan keterlepasan dari keserakahan duniawi.
Hadits-Hadits yang Menunjukkan Keutamaan Kemiskinan
Lebih lanjut, banyak hadits yang menunjukkan keutamaan keadaan miskin. Di antaranya adalah sabda Nabi SAW:
" : : "
Artinya: "Maukah kusampaikan kepada kalian tentang ahli surga?" Para sahabat menjawab, "Tentu." Beliau bersabda, "Orang-orang yang lemah dan diremehkan. Andaikan orang ini bersumpah atas nama Allah (berdoa), pasti Allah kabulkan." (HR Bukhari dan Muslim).
An-Nawawi dalam syarah hadis ini menyatakan:
...
Makna hadis: "Dia diremehkan masyarakat, dianggap hina, suka disuruh-suruh. Karena dia lemah dari sisi dunianya. Maksud hadis ini adalah umumnya penduduk surga orangnya semacam itu, bukan maksudnya seluruh penduduk surga." (Syarh Muslim An-Nawawi, 17:187)
Hadits ini menggambarkan bahwa kebanyakan ahli surga adalah mereka yang hidup dalam kesederhanaan dan ketawadhuan. Penekanan pada keutamaan mereka yang tidak terpikat oleh gemerlap dunia menunjukkan bahwa kemiskinan yang dimaksud pada hadits "kemiskinan yang mendekatkan pada kekufuran" yang menjadi topik utama pembahasan esai ini bukan sekadar kondisi zahir. Makna kemiskinan di sini lebih kepada sikap hati yang tidak bergantung pada dunia, serta kekayaan hati yang menjadikan seseorang tidak mudah terperdaya oleh kemewahan.
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda: