Mohon tunggu...
Abdurohman Sani
Abdurohman Sani Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dengan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ambang Batas

10 Desember 2022   10:57 Diperbarui: 10 Desember 2022   11:04 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena itu "Kebenaran itu harus lahir dari kebenaran dan untuk kebenaran dan memang itulah tuntutan logisnya," sehingga artinya berfikir logis untuk memahami hakikat kebenaran itu harus terbebas dari faktor faktor yang mempengaruhi fikiran diluar dirinya, seperti Dendam, kebencian, kesedihan, kebahagiaan, kepentingan, ambisi dan masih banyak lagi semacamnya yang memungkinkan seseorang melanggar hukum-hakam dalam fikiran itu sendiri ; Berfikir logis dan objektif itu memeiliki tiga pilar penalaran yaitu : Berfikir Radikal, Sistematis dan Universal.

Sampai di sini kita bisa melihat sekema berfikir sebagai upaya guna setidaknya mendekati kebenaran-kebenaran objektif, Selanjutnya mari kita bahas mengenai Berfikir Radikal, Sistematis, dan Universal, tapi sebelumnya Seseorang harus bisa membedakan antara berfikir kritis dan berfikir logis, berfikir kritis tidak bisa serta merta dikatakan berfikir logis kecuali memenuhi syarat-syarat logis, Berpikir logis membutuhkan keterampilan penalaran untuk mempelajari masalah secara objektif, inilah yang disebut Konstruksi pemikiran yang akan membuat seseorang menarik kesimpulan dengan rasional tentang bagaimana menyikapi dan melanjutkan sesuatu. yang secara garis besar dan berangsur akan kita bahas selanjutnya.

Pertama mari kita bahas mengenai berfikir Radikal :
Radikal dalam pembahasan kali ini tidak ada kaitannya dengan radikalisme yang dewasa ini dikaitkan dengan delik-delik hukum, Radikal disini artinya berfikir sampai ke akarnya sebagai titik paling aman sekaligus hal paling asas karena pada umumnya fikiran waras akan selalu bersepakat pada perkara yang pokok sebagai upaya membebaskan diri dari emosi indifidualis.

Selanjutnya adalah berfikir sistematis ;
Berfikir Sistematis itu artinya berfikir secara teratur, matematis dan tepat sebagai upaya menjaga nalar agar senantiasa berada di rel objektifitas yang koheren, konsisten, dan konseptula guna menghindari penyimpangan berfikir yang bisa melahirkan kesalahan berfikir.

Terakhir adalah Berfikir secara Universal :
Berfikir Universal atau berfikir secara luas dan  menyeluruh adalah satu Upaya menghindar dari pengaruh-pengaruh prilaku dan kepentingan kepentingan dan mengalihkannya kearah pemikiran yang lebih moderat, komprehensif dan reflektif guna menyimpulkan dan bertindak secara benar.

Berdasarkan metodenya berfikir dengan logis dibagi menjadi dua, yaitu pertama metode berpikir induktif dan kedua metode berpikir deduktif. Berpikir induktif biasanya dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus, dan menarik kesimpulannya secara umum. Sedangkan, berpikir deduktif adalah metode berpikir yang umumnya dimulai dari hal-hal yang umum atau sudah biasa terlebih dahulu, baru kemudian ditarik kesimpulan pada hal-hal yang bersifat khusus.

Secara sederhana berpikir logis memiliki arti kemampuan untuk menarik kesimpulan yang benar berdasarkan logika dan kesimpulan tersebut bisa dibuktikan sesuai pengetahuan atau ilmu yang sudah diketahui atau nilai-nilai ajek yang semula telah ada dan diketahui, lebih jauh lagi sebagai upaya mengambil tindakan secara benar dan untuk hal yang benar pula.

Sebagaimna kita tahu bahwa berfikir adalah ciri khas manusia yang membedakan kita dengan Hewan, didalam Al Quran Kurang lebih di katakan 18 kali mengenai berfikir ini, namun kita perlu menelisik lebih jauh kedalam diri kita sendiri, sejenak kita keluar dari alam fusik menuju alam ruhani agar kita bisa bersikap adil untuk menjadi Hakim segaligus saksi bagi diri kita sendiri.
Pertanyaan atau keingintahuan seseorang menjadi pemicu sebuah proses berfikir, Namun sebelum itu kita perlu memperbaiki konstruksi pemikiran kita, sedikit saya kutip sebuah kalimat dari Hujatul islam Abu Hamid bin Muhamad bin Muhamad bin Muhamad bin Ahmad Al Gazali Ra yang kurang lebih beliau mengatakan "Siapa yang mencari sesuatu yang sebenarnya tidak perlu di cari maka ia akan dilalaikan dari apa yang seharusnya ia cari, apabila aqal telah tersesat mencapai pengetahuan, maka apapun yang ia dapatkan pasti dari syaitan." kalimat ini menunjukan bahwasannya sebuah keingintahuan yang mengakibatkan seseorang berfikir bisa juga menyebabkan kesesatan apabila aqal itu tidak berpijak kepada konstruksi pemikiran yang benar.
Mari kita ilustrasikan semisal Seseorang yang menerima sebuah surat dari sang Maharaja, lalu dia di sibukan dengan mempertanyakan mengenai "di atas kertas macam apa surat ini di tulis, bagaimana cara menulisnya, menggunakan huruf-huruf apa ia di tulis, dan huruf ini qodim atau hudus kah? maka pertanyaan pertanyaan itu sebenarnya telah melalaikannya dari apa yang seharusnya ia perhatikan yakni Maklumat sang maharaja. bukankah orang semacam ini pantas mendapatkan hukuman karna ia telah melalaikan maklumat sang maharaja.

Saya mengklasifikasikan pengetahuan menjadi 5 jenis Pengetahuan yaitu :
1. Pengetahuan Murni.
2. Pengetahuan Indrawi.
3. Pengetahuan Ilmu.
4. Pengetahuan filsafat.
5. Pengetahuan Keyakinan atau Iman.
Penjelasan :
Sebelum saya menjelaskan satu persatu ke 5 jenis pengetahuan ini, alangkah baiknya kita mengethui "apa itu pengetahuan?"
Secara singkat Pengetahuan bisa kita anggap "segala hasil tau yang di sadari dan di insyafi. Bersifat liar dan tidak dibatasi oleh mekanisme dan syarat-syarat apapun."
Setelah kita mengetahui apa itu pengetahuan, kita akan kembali kepada pembahasan inti yakni 5 jenis pengetahuan ;

1. PENGETAHUAN MURNI
Pengetahuan Murni adalah jenis pengetahuan yang terbebas dari 'adat' material (empiris atau metafisik), proses serta faktor-faktor lain yang datang dari luar baik interpensi atau manipulasi itu artinya pengetahuan jenis ini bukan hasil dari atau proses filosofis. pengetahuan ini bisa berbentuk konseptual, simbol simbol, isyarat dan tanda tanda yang memiliki kemungkinan tunggal yaitu benar dan Absolut bagi orang-orang yang beriman dan mereka menganggap pengetahuan ini telah ada sejak atau sebelum peradaban manusia dimulai.
Pengetahuan ini biasa di sebuat wahyu yang di turunkan kepada para nabi, kemudian dijadikan sebagai sumber-sumber hukum dan konstruksi aqal sekaligus sebagai penggerak proses berfikir (filsafat) guna mencapai pengetahuan.

2. PENGETAHUN INDRAWI yaitu : Pengetahuan ini hanya terbatas pada objek yang mampuh di indrai saja. bersifat liar tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur, mengandung probabilitas Bayesiannya benar atau Salah.
Dalam pengetahuan ini, untuk pertama klinya proses pengolahan akal di gunakan karnanya hal ihwal keingintahuan kemudian proses pemikiran (filsafat) mulai muncul dari pengetahuan jenis ini, namun sebatas hal ihwal yang hanya dapat diindrai saja. Karna itulah tidak salah jika ada anggapan bahwa "pada dasarnya dan secara umum pengetahuan itu adalah filsafat atau sebaliknya," kecuali pada pengetahuan Murni. baik mari kita lanjutkan dengan memfokuskan pada pengetahuan yang sedang kita bahas ini.
Mari kita membuat ilustrasi semisal pengetahuan tentang hujan. Kita bisa mulai dengan perkataan "apa itu hujan?" saat kita mulai dengan kalimat "apa" itu artinya kita mulai memasuki ranah filsafat, namun saya tekankan sekali lagi jawabannya masih sekitar hal-hal yang dapat di indrai saja.
Filsafat : apa itu hujan?
indrawi : hujan adalah sebuah tetes tetes air yang jatuh dari langit ke bumi setelah terkadang sebelumnya awan menggumpal di langit dan warnanya gelap, hilang atau menyerap ke dalam tanah dan menimbulkan bekas lembab atau basah, pada permukaan tanah yang berupa lumpur akan menimbulkan becek, lebih jauh lagi apabila hujan itu deras (Sampai disini kita kesampingkan dulu force majure atau bencana-brncana yang bisa di timbulkannya) turun ke permukaan bumi maka sebagian menyerap, dan apabila permukaan tanah tidak rata, ia akan mengalir membentuk aliran-aliran kecil. Setelah di amati lebih jauh lagi, ternyata aliran kecil itu menuju tanah yang permukaannya lebih rendah lalu menggenang untuk kemudian meresap atau tetap menggenang beberapa saat atau menggenang lebih lama bagi parit atau waduk (Sampai disini kita kesampingkan dulu Pemanfaatan dari pristiwa ini). Selanjutnya mengalir kembali ke selokan atau sodetan bagi yang memilikinya lalu menuju sungai, kemudian menuju atau bermuara di lautan.
Filsafat : Bagaimana proses terjadinya hujan dan bagaimana langit bisa menurunkan hujan?
Indrawi : Pertanyaan ini tidak bisa di jawab oleh pengetahuan indrawi, karna itulah pertanyaan ini di lemparkan kepada pengetahuan ilmu, itu artinya filsafat harus naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi untuk mendapat jawabannya yaitu pengetahuan ilmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun