[caption id="attachment_206833" align="aligncenter" width="480" caption="Teks: You Are Sixteen, The Sound of Music. Foto ©Mamak Ketol™"][/caption]
"The outsider will say, "in fact, as a woman, I have no country. As a woman I want no country. As a woman my country is the whole world."" (Three Guineas Chapter 3, hal 109 karangan Virginia Woolf).
Pernahkah kita mengintimidasi dan melecehkan negara kita sendiri? Pernahkah kita mengintimidasi dan melecehkan kepala negara di negara kita sendiri? Seandainya Negara Ketol adalah negara maya atau negara impian Virginia Woolf, akankah kita mengintimidasi dan melecehkan negara, kepala negaranya atau sesama negarawan? Ataukah kita lebih berpotensi untuk saling memuja dan memuji ... ? Dan berbasa-basi?
Tulisan ini hanyalah copy paste dari komentar iseng Mamak Ketol di tulisan Mariska Lubis: Stop Intimidasi dan Pelecehan Verbal. Komentar iseng yang dibuang sayang.
26 Juli 2010 07:28
***Bagi saya, tidak masalah bila mau bicara apapun juga tentang saya, tetapi jangan pernah melakukan intimidasi dan pelecehan dalam bentuk apapun meski lewat kata. Tidak ada seorang pun yang mau dilecehkan dan tidah ada seorang pun yang berhak melakukannya. Tidak peduli memang berkedudukan tinggi, raja-raja, penguasa, yang memiliki sederetan gelar atau apapun itu. Jangan mengira semua kedudukan dan status itu bisa membuat saya lalu tunduk dan menerima semua itu begitu saja. Bagi saya, mereka yang melakukan intimidasi dan pelecehan seksual meski lewat kata tidak lain hanyalah pecundang dan pengecut. Sama sekali tidak pantas untuk dihargai ataupun dihormati, apapun dia.***
selamat pagi eda … mimpi apa semalam? hehehe … .
eda tidak mengutip contoh dari komentar (yang ditujukan ke eda) yang eda katakan ‘mengintimidasi’ dan ‘melecehkan’, sehingga sulit bagi mamak untuk menelaah komentar seperti apa yang dimaksud.
apapun itu, mamak bersimpati dan turut prihatin.
mengutip salah satu paragraf eda, tentang kedudukan seseorang raja dst, dan meskipun komentar2 tsb dlm bentuk becanda (humor), bagaimana eda menyikapi HUMOR TENTANG SELIR DI NEGERI NGOCOLERIA? adakah terbersit sedikit saja di benak eda, bahwa canda, tawa, pemilihan dan ajang kontes2 pencarian selir itu berpotensi mengitimidasi dan melecehkan wanita, setidak2nya bagi mamak ketol?
kalau tidak, berarti mungkin kita mempunyai konsep dan pengertian yang berbeda dengan apa yang dimaksud dengan ‘intimidasi’ dan ‘pelecehan’ .
salam,
mamak ketol - penguasa tunggal negeri ketol
(goltam juga)
27 Juli 2010 | 05:40
@ febbie:
salam kenal deh buat putri von avatar .
@ agung sdw:
teguh = konsisten = mati? hehehe … . di negara ketol berlaku hukum rimba .
@ ML: ***saya adalah penguasa diri saya sendiri…***
trima kasih, eda. kadang sebagai ‘penguasa’ ada baiknya apabila kita sedikit ‘berkompromi’ dengan diri kita sendiri. ‘kejujuran’ dan ‘keterbukaan’ yang mungkin kita tampilkan dan diharapkan oleh sebagian besar orang, bisa menjadi ‘anugrah’ dan ‘bumerang’ sekaligus.
***Beranikah mengakui secara jujur dan terus terang apa dan siapa diri kita ini?! Jahat silahkan mengaku jahat, baik, silahkan mengaku baik. Mana yang jahat dan mana yang baik sebenarnya siapa yang tahu?!***
maslahnya bukan ‘berani’ atau ‘tidak berani’ berterus-terang, mamak pribadi sih lebih melihat medium nya; publik (social blogging) atau yang lebih ‘private’ (misal email japri atau milis). kalau mau menurutkan ‘kata hati’ atau ‘ketidak-warasan’ mamak, bisa-bisa aja mamak merasa ‘terlecehkan’ atau ‘terintimidasi’ oleh kalimat di atas. tapi … mamak mau kompromi dgn diri mamak sendiri, mengenyampingkan ‘ego’ mamak dan ‘membiarkan’ hak bicara seorang kompasianer (hak eda).
***Mulai dari berkata halus namun penuh intimidasi sampai berkata kasar dan terang-terangan telah merendahkan harkat dan martabat seorang perempuan. Apalagi mengingat status saya sekarang ini, ***
mamak kurang paham dengan kalimat ‘apalagi mengingat status saya sekarang ini’.
mamak hanya bisa menebak hal ini ada kaitannya dengan ‘kejujuran’ dan ‘keterbukaan’ (?)
sulit bagi mamak untuk memahami hal ini. karena kalau kita berpikir tentang ‘kita’, bukankah itu adalah akses dari keberadaan kita (kejujuran dan keterbukaan) ??
adakah KITA memikirkan MEREKA seperti … luna maya, cut tari, krisdayanti, atta? adakah KITA berusaha untuk ‘menetralisir’ pemberitaan seputar wanita2 yang dijaikan bahan ‘gunjingan’? masih ingat betapa ‘hebohnya’ sebagian warga NN krn tulisannya masuk kategori ‘gosip’?
TANPA bermaksud untuk mengatakan bahwa wanita2 itu (termasuk eda) “layak’ dibicarakan, dan TANPA mengecilkan perasaan ‘dilecehkan’ dan ‘diintimidasi’ yg eda alami, menurut mamak mungkin komentar2 di kompasiana lebih terkait ke masalah NETIQUETTE.
salam
Catatan:
1. Tulisan ini adalah kritik untuk Mamak Ketol sendiri, yang tulisannya suka sok Inggris (kurang nasionalis) dan kadang "berbau" LN.
2. Mungkin kita perlu belajar mengenai Psikologi Blogger seperti yang Mamak Ketol kutip dari tulisan Zulfikar Akbar:
Blogger adalah orang-orang yang mampu keluar dari egosentrismenya. Sejatinya memang semua manusia memiliki sisi ego yang menjadi bagian dari jatidirinya sendiri, tetapi seorang blogger tidak pertuhankan itu dan tidak pertahankan itu sebagai segala-galanya. Maka seorang blogger dari sini dengan lapang dada menerima kritik bahkan hujatan dari apa yang sudah ia bagi.
Sudah siapkah kita, Kompasianer, menjadi blogger?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H