“Jadi … upah dosa itu maut?” tanya Wiro.
Bidadari Matahari Liar hanya mengangguk pelan. Keduanya membisu beberapa saat. Tak lama kemudian, terdengar suara lirih Wiro:
“Maafkan aku Bidadari Matahari Liar, aku telah mendustaimu. Sebenarnya Dewa Matahari tak pernah mengutusku. Aku bermaksud untuk mengganti avatarku. Supaya niatku terpenuhi, aku terpaksa berbohong. Maafkan aku.”
“Sudahlah, tak perlu kita bahas lagi. Ngomong-ngomong, kenapa kau mau mengganti avatarmu?”
“Hmm …, aku sendiri tak yakin, mungkin aku bosan, mungkin juga caper,” jawab Wiro ragu-ragu.
“Begini, sebelum kau pulang, kau boleh memotretku. Tapi kau harus ada juga dalam foto itu. Mari kita minta Bidadari Matahari Jinak untuk memotret kita. Mudah-mudahan foto itu bisa mengingatkanmu tentang DIA. DIA yang dimiliki oleh setiap umat, bukan milik individu. Dan apabila kau benar-benar ingin mengganti avatarmu, aku izinkan kau untuk memakai foto kita. Namun, cobalah kau lakukan riset kecil-kecilan tentang alasan menggonta-ganti avatar,” pesan Bidadari Matahari Liar sambil tersenyum.
“Dimana aku bisa menemukan jawabannya?”
“Di Kompasiana dengan kata kunci “semiologi”.
“Baik, akan kulakukan. Terima kasih banyak Bidadari Matahari Liar. Aku pergi sekarang,” kata Wiro dan dalam sekejap dia menghilang.
***♥♥♥♥***
[caption id="attachment_155609" align="aligncenter" width="500" caption="Semiologi foto profil ©Mamak Ketol™"][/caption]
Sumber: Semiologi Facebook
Sarimin terbangun dari tidur siangnya. Bidadariku ... dimana kau? Oh ... ternyata aku bermimpi. Tiba-tiba Sarimin teringat dengan pesan Bidadari Matahari Liar. Semiologi! Ya … itu kata kuncinya! Sarimin segera membuka Kompasiana dan menemukan:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!