Cerita Hari Pertama Puasa dan Juga Bocah
Oleh Maryati
Seperti biasanya hari pertama puasa dimulai dengan santapan sahur. Sebagai seorang Ibu tentunya bangun lebih awal dari pada siapa pun untuk menyiapkan makan sahur. Aku terbangun oleh suara alarm yang sudah lebih dulu di setting. Kira-kira pukul 03.30 lah aku setting malam sebelum tidur.
Hanya butuh waktu setengah jam untuk mempersiapkan hidangan makan sahur hari pertama. Yaitu cuma menanak nasi, menggoreng perkedel kentang, dan menghangatkan gulai ayam campur tahu yang sudah di masak malam-malam sebelum tidur. Kalau lagi rajin, aku memasak nasi menggunakan dandang. Selain cepat matangnya, nasi pun tidak cepat basi sedangkan kalau  pakai  magicom  pasti agak lama. Sekali pun masaknya Cuma satu cangkir.
Makan sahur hanya memerlukan waktu 20 menit saja, itu pun sambil meminum teh manis hangat. Kebetulan banget anak-anak tidak ada yang minta di buatkan susu, padahal aku berniat membuatkan mereka tapi lupa menyiapkannya. Kalau seandainya mereka meminta pasti akan aku buatkan. Akhirnya waktu Imsak pun tiba, setelah 15 menitan bersantai dari makan sahur. Waktu Imsak untuk wilayah Batam dan sekitarnya adalah pukul 04.35.
Dari dahulu hingga sekarang, waktu yang aku pilih untuk makan sahur adalah sepertiga malam yang terakhir antara jam 3 atau jam 4 lebih sebelum salat Subuh. Waktu inipun adalah waktu yang sangat baik buat kesehatan tubuh agar tidak lemes saat berpuasa. Lagi pula, waktu ini tidaklah lama menunggu untuk salat Subuh.
Sabda Rasulullah
"Kami telah bersahur bersama Rasulullah SAW, kemudian kami berdiri mengerjakan salat subuh. Aku bertanya kepada Zaid, 'Berapa lama waktu antara habis sahur dengan salat subuh?', Zaid menjawab, "Kadar membaca 50 ayat Al-Qur’an." (HR Muslim).
Rasulullah SAW bersabda juga tentang keutamaan makan Sahur.
"Bersahur itu adalah suatu keberkahan, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan seteguk air, karena Allah dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur (makan sahur)." (HR Ahmad).
Seperti biasanya, setelah melaksanakan salat Subuh aku menulis dan baca Al-Qur'an sebentar lalu tidur lagi. Bangun tidurku agak  siang bareng sama si bungsu. Tugasku untuk memandikan dan memberi makan si bungsu.
Siang hari, bermain sama si bungsu sambil beres-beres rumah dan nonton televisi. Sebab HP telah dipinjamkan sama bocah agar dia mau makan setelah mandi.
Sore hari barulah masak untuk menu buka puasa. Ayam bakar yang siap saji, aku beli di tempat langgananku. Menu yang sangat praktis hanya tinggal memasak tempe dan tahu goreng saja sebagai pelengkapnya. Es campur pakai susu adalah minumannya sebagai pelengkap menu buka puasa. Baca qur’an  sebentar setelah salat Magrib, hingga menjelang isya.
Menjelang salat Isya, Anakku yang bungsu sangat sibuk sekali. Dia memintaku untuk pergi salat Tarawih karena di malam pertama menyambut puasa aku tidak ikut salat bersama mereka.
Memang sungguh membahagiakan bagi diriku sebagai orang tua. Melihat anak bungsunya yang masih berusia tiga tahun, begitu semangat melaksanakan salat Tarawih 11 rakaat. Tanpa harus berlari ke sana ke mari seperti Anak seusianya. Dia betul-betul diam di tempat hingga akhir salat. Hanya sesekali dia tiduran di sejadah.
Namun, ketika sang Ustadz berceramah, baru Anakku menghampiriku untuk bermanja-manja dan pastinya digodain juga sama kakak-kakaknya juga.
Sebagai orang tua, yang aku lakukan adalah berbuat baik untuk anak dan mengajarkan perilaku baik kepada Anak. Tanpa harus diajari pun, si bungsu sudah mau melakukan hal yang baik sekalipun hanya salat tarawih berjama’ah. Bahkan dia mampu dan tahu untuk memberikan peringatan kepada Kakaknya yang paling besar saat dia memegang HP di area larangan tidak boleh main HP.
Setahuku, dia baru kami ajak ke Masjid tersebut tanpa memberitahu apa-apa tentang gambar yang ada di dinding Masjid yang artinya “Di larang main HP.’ Malahan kakak-kakaknya tahu setelah gambar itu ditunjuk sama si bungsu.
Itulah cerita Ramadanku kali ini, semoga ada manfaatnya. Khususnya bagi keluarga sendiri dan umumnya bagi kita semua. Mohon maaf jika ada kata yang salah, karena penulis hanya manusia biasa. Jika berkenan silakan tulis di kolom komentar kalau ada kekeliruan dalam penyampaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H