Saking semangatnya, kami semua sudah bersiap pada jam 3.00 pagi. Langit masih gelap. Udara dingin sangat menggigit. Jeep yang kami tumpangi melaju ke sunrise point di Pananjakan.
Sesampai di Pananjakan, jeep kami mendapat parkir sedikit di area bawah. Meskipun tidak jauh, tapi jalan menanjak itu membuat kami (rasanya) habis nafas. Akhirnya, kami menumpang ojek saja. Hahaha
Sayang, ojek pun hanya sampai mulut gerbang masuk. Alamak... kami orang dataran rendah serasa kehabisan oksigen berjalan di ketinggian ini. Rasanya engap sekali.
Kami berjalan super pelan. Sementara si Bungsu minta gendong papanya. Berjalan di ketinggian dimana kadar oksigen berbeda dengan dataran rendah membuat kami ngos-ngosan parah.
Tetiba ada ibu-ibu menawarkan jasa gendong untuk si Bungsu. Yuhuuu... pucuk dicinta ulam tiba! Si Bungsu senang digendong ibu baik hati ini. Tinggal kami berjuang untuk diri kami masing-masing. Si Sulung sih kuat-kuat saja Hihihi
Sampai di pelataran sunrise point, sudah banyak orang berkumpul. Udara dingin makin menusuk. Jaket tebal, syal, dan selimut sangat berguna di waktu itu.
Setelah menunggu cukup lama, matahari malu-malu muncul. Langit sangat indah. Sayangnya kali ini matahari tidak sebulat biasanya. Padahal hari sebelumnya katanya bagus sekali. Hmmm... ya sudahlah. Nggak apa. Bromo tetap cantik pagi itu.
Mendaki Kawah Bromo
Setelah dari Pananjakan, jeep membawa kami menuju kawasan wisata gunung Bromo. Seru juga touring dengan jeep ini. Perhentian pertama di kawah Bromo dan gunung Batok.
Awalnya kami ingin jalan kaki untuk menikmati Bromo. Apalagi si bungsu senang sekali berjalan di pasir. Etapi setelah dipikir kok sepertinya jauh. Tawaran naik kuda pun kami terima. Hahaha... Payah ya?
Menurut informasi, naik kuda pun hanya sampai di kaki tangga menuju kawah. Jika ingin melihat kawah Bromo, maka tak lain dan tak bukan : harus mendaki tangga yang mungkin berelevasi 70° (ini prediksi saya) sejumlah 250 anak tangga! Wohoooo....Â