Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Balik Toko Buku yang Gulung Tikar

23 Mei 2023   19:00 Diperbarui: 25 Mei 2023   08:08 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata buku (Foto : Dokpri MomAbel)

Beberapa hari lalu saya ke salah satu pusat perbelanjaan yang ada di daerah saya. Ketika melewati toko buku Books & Beyond, saya sungguh kaget. Toko buku ini mengadakan closing sale up to 80%. Artinya toko akan segera tutup permanen.

Padahal di daerah saya, Cikarang, toko buku bisa dihitung dengan jari sebelah tangan saja. Dan di pusat perbelanjaan ini hanya itu toko buku satu-satunya.

Bersamaan dengan itu, media online ramai membicarakan Toko Gunung Agung yang juga berencana menutup semua gerainya. Yang menjadi pertanyaan, ada apa dengan semua itu?

Menurut hemat saya, tutupnya toko buku tidak semata karena rendahnya literasi masyarakat (sedari dulu memang rendah ya?). Tapi ada hal lain yang ikut berperan. 

Dari pengamatan kecil saya, ada 3 perubahan dan pergeseran perilaku masyarakat :

1. Beralih ke e-book

Perlahan tapi pasti masyarakat mulai beralih ke e-book atau buku digital. Teman saya yang memang mobilitasnya tinggi sudah lama beralih ke e-book.

Memang dengan adanya e-book memudahkan banyak hal. Kita tak lagi membeli buku secara fisik yang harus ditenteng kemana-mana. E-book bisa dibaca dimana saja tanpa memberatkan barang bawaan.

E-book pun tidak memerlukan ruang penyimpanan. Dengan demikian, lebih hemat pengeluaran untuk membeli lemari dan rak buku. Potensi buku rusak, dimakan rayap, menguning dan seterusnya pun tidak menjadi beban buat pemilik.

Saya yakin diluar sana banyak orang yang mulai beralih ke e-book meskipun saya sendiri masih suka dengan buku fisik. Mungkinkah nanti buku akan dicetak on demand?

2. Belanja online lebih disukai

Selama pandemi covid-19 yang lalu, masyarakat kita mulai menyukai belanja secara online. Kondisi telah memaksa demikian. Kebiasaan ini berlanjut dan ternyata memang lebih enak.

Saya sendiri terkadang membeli buku secara online. Tidak perlu ke toko buku, bisa pilih sana-sini, dan beberapa toko memberi potongan harga.

Mungkin kebiasaan baru ini turut andil menyebabkan toko buku terlihat sepi. Beberapa kali saya ke toko buku Gramedia, baik di pusat perbelanjaan ataupun toko sendiri memang tak banyak pengunjung.

Bahkan malam Minggu lalu saya bersama anak-anak ke Gramedia Merdeka, Bandung pun tampak sepi. Pengunjung bisa dihitung dengan jari.

3. Lebih suka tontonan audio-visual

Pergeseran perilaku masyarakat sekarang ini juga dipengaruhi oleh banyaknya media audio-visual. Tayangan youtube, tiktok, dan media sosial lainnya membuat orang menyukai tontonan audio-visual. Lebih cepat dan instan dibanding membaca buku berlembar-lembar.

Banyak konten audio-visual menjelaskan dengan gamblang dan step by step. Jadinya, orang malas membeli buku. Selain itu, buku dianggap mahal. Lebih praktis belajar dengan modal kuota.

Toko Buku Perlu Mengikuti Era Digital

Sepinya toko buku berdampak pada pengurangan karyawan. Misalnya toko buku yang saya ceritakan di awal, dulu ada 3 karyawan namun terakhir hanya 1 karyawan yang terlihat.

Saya sendiri masih sering ke toko buku bersama keluarga. Minimal tiap libur tengah semester atau akhir semester. Saya memberi reward kepada anak-anak untuk membeli buku.

Wisata buku (Foto : Dokpri MomAbel)
Wisata buku (Foto : Dokpri MomAbel)

Buku anak-anak masih saya beli secara langsung di toko. Bagi saya, mengunjungi toko buku sudah seperti "wisata" keluarga. Karenanya jika toko buku tutup, saya adalah orang yang paling sedih!

Sudah saatnya toko buku melakukan perubahan strategi bisnis supaya tetap bertahan. Salah satunya adalah mempunyai layanan pembelian online baik delivery atau pick up di toko. Saya yakin jika toko buku hanya mengandalkan penjualan offline tak akan mampu bertahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun