Beberapa hari lalu, saya sempat sekilas melihat linimasa tiktok tentang seseorang yang marah karena merasa tertipu oleh salah satu lembaga keuangan.
Lembaga tersebut bekerja sama dengan salah satu bank BUMN terkenal. Saya tidak menuntaskan menonton video tersebut. Sepertinya yang bersangkutan geram dan emosional. Seketika saya langsung teringat pengalaman saya!
Lewat artikel ini, saya hanya ingin berbagi pengalaman saya sebagai seorang ibu rumah tangga yang "terjebak" dengan produk investasi dan asuransi berupa unitlink. Tentunya dengan kacamata orang biasa yang awam masalah ini.
Tujuan Awal adalah Tabungan Pendidikan
Tahun 2011 saya dikaruniai putri cantik. Anak yang kami tunggu-tunggu setelah 2 tahun menikah. Sebagai ibu, saya ingin membuat tabungan untuk pendidikan.
Tabungan yang ingin saya buat adalah tabungan rencana. Sebelumnya saya sudah merasakan manfaat tabungan jenis ini. Karenanya, saya ingin membuka untuk pendidikan anak saya. Itung-itung nabung untuk biaya masuk TK.
Saat itu Si Sulung masih berusia 2 bulan, saya ke salah satu bank BUMN. Saya disambut seorang customer service yang ramah. Setelah menceritakan maksud saya, dia bilang oke.
Namun setelah itu mengatakan, "Bu, lebih baik ambil program yang ini. INI SAMA SEPERTI TABUNGAN RENCANA. MALAH ADA KEUNTUNGAN LAIN, JADI KALAU SAKIT ATAU OPNAME ITU DICOVER. PENGEMBANGANNYA JUGA LEBIH BESAR DIBANDING TABUNGAN RENCANA BIASA."
Saya masih ingat, waktu saya langsung tertarik. "Wah, ada ya produk bank BUMN yang bagus seperti ini ya?" Dalam bayangan saya, produk ini tabungan rencana tapi ada plus-plusnya!
Merasa "Dijebak"
Tak butuh lama buat saya menyetujui pembukaan produk keuangan (yang ternyata unitlink) ini. Sesudah saya setuju, customer service ini memanggil temannya yang ada di ruang sebelah (ternyata perwakilan dari lembaga pemilik produk tersebut).
Urusan administrasi selesai, saya pun pulang. Sesuai janji, dokumen akan dikirim sebulan setelahnya (disini saya belum tahu bahwa dokumen ini adalah polis asuransi). Saya pun tahunya produk ini milik bank BUMN tersebut.
Selang berapa lama, saya menerima dokumen yang dijanjikan. Waktu menerima dokumen, saya merasa aneh dengan namanya. Kok nama lembaga lain meskipun ada juga logo bank BUMN tersebut. Tapi saya abaikan. "Sudahlah... yang penting saya beli via bank BUMN itu," begitu pikir saya.
Kira-kira si kecil umur 3.5 bulan, saya membawanya ikut papanya yang bekerja di luar Indonesia. Saya bawa serta dokumen ini karena saya ingin membaca saat senggang. Ohya, dokumen ini cukup tebal.
Nah, saat membaca inilah saya baru tersadar ini unitlink! Duh, bagaimana pun ini asuransi! Bukan apa-apa, ini tentu keluar dari tujuan awal saya yang hanya ingin disiplin menabung.
Itulah mengapa saya menggunakan frasa "terjebak". Saya merasa sudah terjebak secara tidak sadar. Saya tidak tahu banyak, namun diiming-imingi sesuatu yang menjanjikan tanpa mengatakan secara jelas dan gamblang ini produk asuransi dan dari lembaga lain.
Berusaha Keluar dari Jebakan
Setelah tahu bahwa saya membeli unitlink, saya cari info sebanyak-banyaknya. Dan confirmed bahwa produk ini tak sejalan dengan tujuan saya.
Sebagai sarana investasi, unitlink tidak maksimal dan hanya sebagai "permen" untuk menarik nasabah. Sementara sebagai asuransi hanya asuransi kecil. Boro-boro maksimal, asuransi unitlink hanya sekedar tempelan menurut saya.
Akhirnya saya berdiskusi dengan suami. Bagaimanapun ini salah saya. Saya terjebak oleh iming-iming dari customer service bank tanpa menggali lebih rinci.
Suami bilang, "Nggak apa, coba saja nanti dilihat!" Saya pun setuju. Toh untuk membatalkan polis sangat membutuhkan effort karena waktu itu kami sedang tidak di Indonesia.
Setelah pulang ke Indonesia, saya mencoba untuk keluar dari unitlink ini. Ternyata tidak mudah. Harus cutloss! Dana bisa ditarik hanya 20% sebelum 5 tahun pertama (entah lupa persisnya).
Hasil ngobrol dengan teman, dia terpaksa merugi 13 juta (tahun 2011) dari unitlink lembaga asuransi lain. Katanya, "Semakin lama, semakin rugi. Lebih baik rugi sekarang."
Masalahnya saya rugi banyak dan tidak mau rugi! Waktu itu pernah dari total 20 juta berapa tinggal 9 juta. Saya mencari jalan bagaimana bisa keluar tanpa rugi banyak (meskipun sebenarnya tetap rugi). Minimal pokok saja kembali.
Singkat cerita saya tunggu hingga 5 tahun. Setelah itu akan saya cairkan. Tentu saja sambil memantau harga per unit. Ealah, ternyata susahnya seperti keluar dari lubang jarum!
Akhirnya Keluar Dengan "Berdarah-darah"
Setelah 5 tahun, saya ambil ancang-ancang untuk mencairkan. Begitu harga unit "bagus" langsung saya ajukan pencairan.
Saya tunggu lama kok tidak diproses. Ternyata berkas dikembalikan HANYA gegara tanda tangan yang "katanya" tidak sama. Itupun dikirim ke rumah saya di Cibubur. Hmmm...
Saya merasa seperti dipersulit mencairkan dana unitlink ini. Waktu ditelepon juga tidak tersirat enak untuk kerjasama. Saya lupa tepatnya bagaimana, tapi akhirnya suami saya yang maju membereskannya.
Inilah yang seringkali mengecewakan dari asuransi. Saat ingin menggaet nasabah mereka sangat manis, tapi saat nasabah ingin berhenti langsung asam!
Kembali ke masalah unitlink saya. Pada akhirnya bisa saya cairkan setelah lebih 6 tahun. Posisi saya tidak rugi dan tidak untung. Impas!
Pelajaran Berharga dari Unitlink
Setiap peristiwa selalu memberikan kita pelajaran berharga. Inilah pelajaran finansial yang saya dapatkan dari kejadian terjebak unitlink:
1. Unitlink tidak maksimal dan merugikan
Gembar-gembor marketing selalu mengatakan unitlink ini asuransi sekaligus investasi. Atau asuransi tapi bisa diambil kembali.
Tapi menurut pendapat beberapa financial planner yang saya baca-baca dari Twitter, unitlink tidak akan maksimal sebagai sarana investasi. Pun sebagai asuransi, benefit yang didapat juga tidak maksimal.
Dalam kasus saya, asuransi hanya mengcover rawat inap sebesar 250-500 ribu per hari. Sebagai investasi, hasil yang didapat selain fluktuatif juga tidak sebesar investasi seperti biasanya. Ini belum dipotong biaya administrasi bulanan.
Saran dari financial planner, sebaiknya memisahkan investasi dari asuransi. Jika ingin asuransi sebaiknya beli asuransi murni. Atau jika mau investasi ya investasi saja.
2. Besaran administrasi sangat besar
Saat membaca laporan 3 bulanan, saya kaget dengan adanya monthly charges. Sepertinya ini biaya administrasi bulanan.
Bayangkan, waktu itu dengan premi 1 juta per bulan tapi monthly charges sebesar 80 ribu! Bagi saya, ini jumlah yang sangat besar dan tidak imbang. Bagaimana mau untung wong biaya admin per bulan 8% sendiri?
Kalau toh harga unit naik, namun kenaikan tak sebanding dengan besaran biaya administrasi. Kenaikan harga unit tidak besar juga kok.
Inilah yang sering tidak secara fair disampaikan oleh marketing unitlink. Orang sudah tersihir dengan angka-angka asumsi pengembangan dana investasi.
3. Persentase hasil investasi tidak jelas
Dari pengalaman saya, hasil investasi memang naik-turun. Apalagi yang saya ambil jenis saham.
Memang untuk investasi akan dikelola oleh manager investasi lembaga mereka. Cuma hasilnya berapa dan bagaimana persentasenya sepertinya tidak gamblang.
Bagi saya lebih baik deposito yang jelas berapa persen hasilnya. Atau jika saham, dengan beli saham sendiri akan lebih jelas hasilnya seperti apa.
Biasanya kita terkecoh dengan adanya simulasi dengan asumsi pertumbuhan sekian persen. Memang sangat menggiurkan! Bayangkan yang awalnya hanya ingin membuka tabungan rencana berjangka jadi ikut terjebak.
Terlepas dari semuanya, sebaiknya jika ingin membeli produk keuangan lebih teliti dan tanya serinci-rincinya. Pertimbangkan juga sisi negatif dan atau kerugiannya. Keuntungan yang manis yang ditawarkan seringkali tidak sesuai kenyataan.
Semoga apa yang terjadi pada saya bisa menjadi pertimbangan ataupun pelajaran saat mengambil produk keuangan. Atau bagi marketing unitlink, sebaiknya menjelaskan rinci dan terbuka bahwa unitlink sebenarnya adalah asuransi.
Saya yakin tak sedikit orang yang "terjebak" seperti saya. Tujuannya ingin investasi dan mendapat nilai pengembangan, namun malah terjebak dengan asuransi berupa unitlink yang merugikan. Apalagi terkecoh dengan adanya kerjasama dengan salah satu bank BUMN ternama.
Sekian dan terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H