Berbagai gejala tersebut sangat mengganggu dan menyebalkan. Saya sempat bertanya kepada teman, pernah tidak mengalami seperti saya. Kata teman saya ada kemungkinan itu adalah penyakit yang berkaitan dengan refluks lambung atau GERDÂ (gastroesophageal reflux desease). Dalam hati, oh my God... semoga tidak!
Penegakan Diagnosis
Karena tidak membaik, saya kembali lagi ke dokter. Bisa jadi dokternya bosan sama saya yang bolak-balik. Setelah saya ceritakan keluhan, beliau menyarankan untuk endoskopi.
Dari sini yang saya tangkap adalah dokter tidak akan mengatakan kita sakit ini atau itu, misalnya gastritis atau bahkan GERD jika tidak dilakukan endoskopi.Â
Penegakan diagnosis kasus pencernaan lebih valid dan presisi dengan prosedur pemeriksaan endoskopi.
Bagi saya (meskipun takut), endoskopi penting. Setidaknya saya tahu apa yang terjadi di pencernaan saya, dalam hal ini esofagus dan lambung. Harapannya tentu pengobatan lebih spesifik dan sesuai target yaitu cepat sembuh.
Ternyata benar, dari hasil endoskopi tidak ditemukan masalah besar di esofagus, lambung, dan usus dua belas jari. Hanya ada sedikit gastritis. Pun dengan katup esofagus yang normal. Jadi, saya tidak mengalami GERD.
Setelah endoskopi, dokter memberi saya obat yang lebih tepat (masih dari golongan penghambat pompa proton). Kurang-lebih dua bulan pengobatan, akhirnya saya sembuh.
Lalu, darimana gejala-gejala seperti GERD tersebut muncul?Â
Hmmm... ternyata bukan hanya dari lambung. Setelah berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterohepatologi, saya dijelaskan bahwa gejala tersebut juga dikarenakan adanya peradangan di usus besar saya.
Pentingnya Endoskopi