Dalam keseharian kita, seringkali kita mendengar keluarga, teman, saudara, ataupun siapapun yang mengeluh, "Duh, maag saya kambuh nih!" Hmmm... dulu saya hanya mendengar saja, namun tahun kemarin saya merasakan sendiri apa yang sering dikeluhkan orang tersebut.
Penyakit "maag" atau lambung sepertinya sudah tak asing lagi. Obat-obatan untuk mengatasi keluhan ini pun mudah didapat di apotek atau minimarket sebagai obat bebas. Bahkan mungkin jenama dari obat tersebut sudah banyak dihafal orang.
Namun tahukah ternyata penyakit maag dan gangguan organ pencernaan itu tidak bisa diabaikan. Selain rasa sakit yang mengaduk-aduk perasaan, juga acapkali mengganggu aktivitas sehari-hari.
Memang benar, sistem pencernaan adalah "otak" kedua dari tubuh kita. Jika bermasalah, akan mengakibatkan gangguan fungsi dan menurunkan kualitas hidup.
Maag, Dispepsia, dan GERD
Sebenarnya ada salah kaprah dalam masyarakat, asal sakit perut disebut sebagai sakit maag. Padahal kata "maag" sendiri berarti lambung dan tidak merujuk pada suatu kondisi spesifik suatu penyakit.
Dalam istilah kedokteran, yang dikenal adalah dispepsia. Biasanya gejala yang timbul adalah lambung yang terasa perih, mual, kembung, dan tak jarang mengakibatkan muntah.
Sekilas kalau dibaca gejala-gejala tersebut di atas, tentu bukan gejala yang mengkhawatirkan. Tapi yakinlah, jika kita mengalami dispepsia gejala ini sangat mengganggu dan menyebalkan.
Saya pun merasakan hal serupa. Lambung saya terasa perih disertai mual dan muntah. Sering juga diikuti sakit kepala.
Lama-kelamaan seperti ada yang naik ke kerongkongan dan terasa panas. Kadang menjadi batuk. Ataupun tiba-tiba dada serasa sesak. Sensasi ini mirip dengan GERD.