Alhasil, saya menyesal mengapa cuma beli 2 kemasan! Padahal lumayan buat stok di kulkas. (Hmmm... ketahuan deh malasnya!).
Beberapa minggu setelahnya, suami kembali survei. Kali ini saya tak mau ikut. Selain capek, toh sudah pernah. Jadi, saya titip untuk beli dendeng ragi saja.
"Beli 4 pak, ya Sayang!" (Harus pakai kata "sayang" dong biar dibelikan). Suami pun menjawab oke. Duh, senangnya! Terbayang nikmatnya dendeng ragi ini! Hehehe
Setelah makan siang, tiba-tiba gawai saya berbunyi.
"Yang, dendeng ragi yang mana? Nggak ada ini? " kata suami memberi kabar.
"Adaaaa... coba tanya deh, " sahut saya. Suami saya paham istrinya ini keras kepala. Hahaha
Tak lama kemudian, suami menelpon. "Ini ada, tapi daging babi. Nggak ada yang daging sapi! Katamu daging sapi kan?" katanya.
"Ah, nggak mau. Dulu itu waktu beli daging sapi kok. Coba tanya lagi, " sahut saya memohon supaya suami memastikan ke penjual.
Dan ternyata jawabannya tetap. Katanya tidak pernah menjual dendeng ragi daging sapi. Seketika harapan pupus namun heran, kok nggak ada ya?
Minggu berikutnya saya ketemu teman. Seperti biasa ngobrol ngalor-ngidul. Akhirnya sampai pada obrolan dendeng ragi. Saya ceritakan dengan berapi-api kelezatan dendeng ragi ini. Teman saya tersenyum.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!