Mentari perlahan menuju ke peraduan. Pak Satyo dan Heri berjalan berdua. Sudah waktunya menjemput Seika dan ibunya yang belanja di supermarket.
Tiba di supermarket yang tak jauh dari rumah, Seika sama ibunya tersenyum ceria di lobby. Bapak dan Heri saling melihat karena belanjaan sore itu bukan 1 troli lagi, tapi 3 troli.
"Maaf belanjaannya banyak. Seika harus banyak makanan sehat, organik dan banyak asam folat. Biar cucu Ibu sehat dan cerdas nantinya, " kata bu Marty penuh semangat.
Pak Satyo hanya tersenyum tipis dengan kelakuan jodohnya yang sudah menemaninya puluhan tahun i
"Parah deh, Pak... Hari ini ibu beli semuanya. Aku sampai pusing! " ucap Seika.
Heri tersenyum, "Ora popo, Beib...". Kini mereka berempat berada di dalam mobil. Sungguh berisik antara Seika dan bu Marty. Kali ini bukan tentang PNS lagi, tapi tentang kebawelan bu Marty supaya Seika mempersiapkan kehamilannya.
Heri tertegun sesaat. Ternyata dibalik kecerewetan dan kerempongan ibu mertuanya, tersembunyi bekas luka yang sangat dalam. Dibalik jodoh ini, ada cinta kasih yang tak putus, utuh, dan penuh dari seorang ibu yang sangat kuat.
-- tamat ---
*Artikel ditulis untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan apapun tanpa ijin penulis.
*Cerita ini fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dan cerita hanya kebetulan semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H