"Ah masa, Bi? " sahut Heri.
"Iya, Pak. Dulu berantem ya masalah itu-itu saja sih. Nggak pernah kalau yang lain, " timpa bi Marni.
"Masalah apa emangnya, Bi? Tidak boleh pulang malam?" tanya Heri. Dia menjadi penasaran.
"Bukan, Pak. Ah nggak, Pak.. Bibi nggak mau bilang, " Bi Marni mulai membalikkan badan untuk pergi. Heri secepat kilat berkata, "Eh, tunggu dulu Bi... "
Heri menjadi penasaran. "Bi, jangan gitu dong... kasih tahu lah!" pinta Heri yang membuat Bi Marni berpikir sejenak.
"Ah itu cuma karena Ibu selalu cerewet sama non Seika. Kalau punya pacar jangan yang PNS. Itu saja kok, Mas!" jawab Bi Marni.
Heri tampak bingung. "Emang kenapa sih, Bi? " tanya Heri. Bi Marni hanya mengangkat pundaknya. Heri semakin diburu rasa penasaran. Ada apa dengan PNS?
***
Heri menyetir mobil untuk menjemput istrinya. Saat mobil melaju, lantunan musik jazz menemaninya. Namun, lagu itu seakan tak pernah masuk ke telinga Heri. Kata "PNS" senantiasa menggelayut kuat dalam pikirannya.
"Aneh juga. Disaat semua orang mendamba untuk menjadi PNS atau bersuami atau beristrikan PNS, mengapa justru keluarga Seika menghindarinya?" tanya Heri dalam hati.
Heri yang hanya mengenal Seika selama enam bulan menjadi galau. Apakah ada yang ditutupi oleh istri dan keluarganya? Atau ada peristiwa apa hingga ibu mertuanya sangat "alergi" dengan PNS? Heri kewalahan dengan sederet pertanyaan yang terus menyerusuk ke pikirannya.