Apalagi di masa pandemi ini, saya tak punya bahan untuk menulis wisata keluarga. Berpuisi lebih mudah di masa pandemi dengan segala gemuruh rasa yang ada (Uhukkk...). Tapi benar kok, daripada stres dan galau lebih baik menulis. Hehehe
Nah, manfaat lainnya khusus bagi penulis adalah lebih mampu mengeksplorasi diksi. Menurut saya penting supaya kedepan artikel yang kita tulis kaya makna dan tidak membosankan.
Tapi ada satu hal yang membuat saya bahagia saat menulis puisi. Hmmm... saya semakin rajin bisa "hore-hore" tiap hari. Bisa eksis gitu! Hahaha... Meski belum bisa one day one article, tapi setidaknya sudah ada perubahan.
Untuk para suhu puisi di Kompasiana, tenang saja saya hanyalah penggembira. Dengan menulis puisi, justru saya terbantu untuk bisa menikmati karya teman-teman. Dulu saya bingung baca puisi, ini maksudnya apa dan bagaimana.
Setelah menulis puisi sendiri, saya jadi tahu cara menikmati puisi. Saya salut dengan kekonsistenan mbak Ari, pak Ali, bu Fatmi, Ayah Tuah, pak Katedrarajawen yang kalau tidak salah hampir setiap hari menulis fiksi puisi.
Salam hormat saya untuk semuanya dari ibu-ibu kompasianer hore ini. Terimakasih banyak untuk teman-teman kompasianer yang sudah berkenan singgah di puisi-puisi "abal-abal" saya. Jujur, saya menjadi semangat untuk belajar menulis puisi. Sejuta cinta untuk teman-teman semua!
Salam hangat selalu,
MomAbel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H