Otoritas yang dimaksud bukan sikap otoriter yang menggunakan kekerasan. Namun lebih pada pertanggung-jawaban sebagai orangtua dalam pengasuhan lewat cara yang baik dan benar.
Sekarang ini, tak jarang orangtua malah manut dengan anak. Membiarkan anak dengan kemauannya karena takut berkonflik. Hubungan yang begini adalah "harmoni yang palsu" karena tidak menyelesaikan masalah.
Padahal otoritas orangtua ini penting. Bukan semata supaya anak hormat kepada kita, tapi lebih pada menghargai dan menghormati bahwa orangtua adalah wakil Allah di dunia.
Jangan sampai seperti pepatah jawa "Kebo nusu gudel" (induk kerbau yang menyusu pada anaknya).
Diskusi dan berikan pengertian
Tindakan konkrit yang kami lakukan sebagai orangtua yang berotoritas waktu itu adalah memanggilnya dan duduk bersama. Orangtua dan anak berdiskusi bersama, saya, suami, dan anak saya.
Diskusi yang sebenarnya menyedihkan kalau diingat. Saya tanya pada anak saya maunya apa. Saya katakan, "Mama ingin kamu berhenti main game online." Saya jelaskan bahwa game itu hanya hiburan dan tidak masalah jika tidak main game.
Bahkan saya katakan orang tidak akan mati jika tidak main game. Tidak masalah juga dianggap tidak gaul. Bermain game hanya membawa pada kebiasaan negatif. Puji syukur, anak mulai mengerti.
Diskusi bagi anak pra remaja dan remaja sangat penting. Mereka butuh untuk didengarkan dan diberi pengertian, setelah itu baru dibuat kesepakatan.
Jangan setengah-setengah!
Mengatasi kecanduan game tak akan berhasil jika setengah-setengah. Mungkin di sini ada yang punya pendapat berbeda. Tapi pengalaman saya, harus di-stop total dan tidak bermain game sama sekali.