Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Salah, Menstruasi Bukan Awal Pubertas pada Anak Perempuan

15 Agustus 2021   06:00 Diperbarui: 16 Agustus 2021   01:32 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya ibu menemani anak remaja perempuannya saat pubertas (Foto: pixabay.com/nastya_gepp)

Suatu siang sepulang sekolah, anak perempuan saya mengeluhkan sesuatu. Dia mengatakan dadanya sakit dan tidak enak saat berlari. Waktu itu berumur 8 tahun. Namun, sakit ini timbul-tenggelam.

Akhirnya suatu hari dia mengatakan, "Mama, ini kenapa ya? ". Dia  menunjukkan buah dadanya yang tidak lagi datar. Saya pun panik karena bentuknya seperti benjolan.

Akan tetapi, saya juga curiga jika itu adalah tanda pertumbuhan payudara pada anak perempuan. Tapi apa iya? Masa sih? Saya ragu karena dia masih berusia 8 tahun. Rasanya juga gimana gitu, sepertinya baru kemarin lahir Hehehe

Lalu saya langsung dong berselancar mencari jawabnya menggunakan mesin peramban di internet. Saya cukup kaget. Duh, sepertinya iya? Tapi saya juga denial, kok cepat ya? Atau malah jangan-jangan tumor?

Daripada dilanda kecemasan, saya langsung ajak ke dokter malam harinya. Bagi saya, daripada mengira-ngira lebih baik tanya ke dokter. Jangan sampai juga telat deteksi jika ternyata ada hal membahayakan. Dengan berkonsultasi dengan dokter, saya menjadi lebih tenang.

Tanda Pubertas pada Anak Perempuan

Saat berkonsultasi dengan dokter anak (saya pilih dokter yang perempuan tentunya), dokter mengatakan "Iya, ini awal pertumbuhan payudara. Bukan tumor kok, " Saya jadi tenang. Setelah konsultasi tersebut, saya pun langsung membeli miniset bra untuknya.

Menurut dokter, anak saya tidak mengalami pubertas dini. Hanya saja memang termasuk cepat. Untuk diketahui, masa pubertas pada anak perempuan umumnya terjadi pada usia 8 sampai 12 tahun.

Dilansir dari idai.or.id, tahapan pubertas pada anak perempuan dimulai dari pertumbuhan payudara (breast budding), pertumbuhan rambut pubis atau kemaluan, dan diakhiri dengan menstruasi

Jadi, menstruasi menunjukkan bahwa pubertas sudah mendekati akhir atau merupakan tahapan akhir pubertas pada perempuan.

Hal inilah yang sering menjadi salah kaprah di antara orangtua bahwa menstruasi adalah tanda awal pubertas pada anak. Seringkali sesama orangtua bertanya, "Sudah mens belum anaknya?" Padahal tanda awal pubertas justru ketika terjadi pertumbuhan payudara.

Mengapa penting mengetahui tanda awal pubertas?

Sebagai orangtua, kita mesti tahu kapan anak mulai mengalami pubertas. Hal ini supaya kita bisa menentukan langkah dan sikap menghadapi anak yang puber.

Pubertas pada anak perempuan terjadi secara berurutan tahapan seperti di atas. Namun, itu semua adalah tanda dan perubahan fisik. Padahal pubertas juga memengaruhi kondisi psikologis dan sosial anak yang menurut saya sangat penting dan tidak bisa diabaikan.

Sejak tumbuh payudara, biasanya dalam jangka waktu 1-2 tahun anak akan mendapat menstruasi pertama. Nah, dalam rentang waktu inilah orangtua akan merasakan perubahan yang drastis pada anak.

Ada gejolak hormon yang memengaruhi psikologis anak perempuan. Orangtua harus berperan dan tidak terbawa emosi menghadapi anak yang puber. Jadi, kalau orangtua tidak menyadari anaknya sedang puber tak bisa dipungkiri akan terjadi konflik dengan anak.

Pentingnya ibu menemani anak remaja perempuannya saat pubertas (Foto: pixabay.com/nastya_gepp)
Pentingnya ibu menemani anak remaja perempuannya saat pubertas (Foto: pixabay.com/nastya_gepp)

Dari pengalaman anak perempuan saya, perubahan sikap dan emosinya berubah setelah tumbuh rambut pubis. Dia datang kepada saya, "Mama, ini kok ada rambutnya ya?". Waktu itu umurnya sudah 9 tahun lebih.

Nah, setelah itu dia mulai berubah. Apalagi menjelang menstruasi pertama (menarche) di usia 10 tahun. Dari "little princess" yang manis tiba-tiba berubah menjadi sangat menjengkelkan sekali. Saya benar-benar elus dada dan lap keringat!

Jika dulu dia sering datang bercerita ini dan itu, di masa ini berubah menjadi pendiam. Bahkan ditanya pun malas menjawab. Dia juga ingin maunya sendiri. Seleranya berubah, sudah tidak mau memakai baju-baju yang girly tapi baju warna gelap (aduh....tepuk jidat!).

Waktu itu juga dia malas belajar. Tadinya paling antusias sekolah menjadi ogah-ogahan. Apa kata saya tak lagi digubris. Yang menjengkelkan lagi bermain game hingga lupa waktu.

Namun, ada saatnya dia tiba-tiba sedih tanpa tahu sebabnya. Saya menjadi bingung juga. Setelah dipeluk dan ditemani di kamar, dia tenang.

Sebagai orangtua, saya sedih namun juga emosi. Hanya saja karena saya tahu ini masa pubertas, saya berusaha untuk sabar. Awalnya papanya pun mulai kesal, tapi bolak-balik saya sampaikan bahwa si Sulung ini sedang mengalami pubertas.

Sebagai orangtua, kita harus memahaminya. Sebisa mungkin untuk bijak, sabar, dan tidak terpancing emosi supaya tak terjadi konflik dengan anak. Apalagi jika kita sampai marah yang kebablasan atau melabel ini dan itu. Pokoknya jangan sampai orangtua ikut emosi dan malah melukai anak.

Disinilah penting mengetahui kapan anak mulai memasuki pubertas. Jadi, jika anak perempuan sudah tumbuh payudara kita harus bersiap menghadapi perubahan emosi dan psikologis anak. Jangan tunggu anak perempuan mendapat menstruasi pertamanya baru memahami.

Menurut saya penting menemani anak perempuan yang menghadapi perubahan dan gejolak saat pubertas. Bisa jadi anak pun sebenarnya tidak paham dan bingung dengan perubahan yang ada. Wong orang dewasa pun masih bingung ketika terjadi perubahan ini dan itu. Apalagi anak yang tahunya bermain dan belajar.

Hmmm... sekarang sih saya sudah tenang. Anak perempuan saya sudah mulai stabil. Komunikasi kami pun juga baik-baik saja. Dia sudah kembali ceria dan menyenangkan.

Semoga bermanfaat.

Referensi 1

Referensi 2

Artikel ditulis untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa ijin penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun