Dari awal pandemi saya membiarkan rambut tumbuh panjang. Baru sekali saya memotong rambut di salon. Agak susah untuk perempuan memangkas rambut di rumah karena tak mungkin meminta tolong suami.Â
Berbeda dengan pangkas rambut, mengecat rambut masih mungkin untuk meminta tolong suami karena tak memerlukan styling.
Semenjak pandemi, rambut saya banyak yang memutih alias tumbuh uban. Entahlah ada-tidak hubungannya dengan stres di kala pandemi. Yang pasti pertumbuhan uban cenderung disebabkan oleh faktor usia. Ya sudah, akui saja kalau tidak muda lagi hehe
Semakin hari uban ini semakin tak tahu diri. Awalnya hanya rambut kecil yang tertutup rambut hitam lainnya. Nyaris tak tampak. Namun, lama-lama makin tak sopan saja! Selain jumlahnya semakin banyak, juga malah nongol di bagian depan. Duh.
Saya merasa terganggu dong. Tua boleh, tapi jangan terlihat tua. Hahaha. Jadilah saya ingin mengecat rambut supaya uban-uban ini jangan sampai unjuk gigi.
Awalnya saya ingin mengecat dengan warna selain hitam. Semacam ingin membuat "perayaan" hidup karena seumur hidup saya belum pernah mewarnai rambut. Baik orangtua ataupun pasangan saya tidak memperbolehkan. Demi keutuhan bangsa dan negara, baiklah saya turuti kalangan kolot ini hahaha...
Sayangnya, hingga kini kekolotan itu tidak hilang juga. Jadi, saya hanya boleh mewarnai rambut dengan warna hitam. Padahal saya sudah menanti momen ini. Hiks. Baiklah, daripada terjadi huru-hara maka saya batalkan niat itu. Saya gagal deh njadi "bule"!
Namun, ternyata ada sisi baiknya, mengecat rambut dengan warna hitam justru bisa dilakukan di rumah. Karenanya, saya tak perlu ke salon di masa pandemi ini.
Mewarnai rambut di rumah itu mudah dan murah meriah. Untuk warna hitam tak perlu takut karena tak memerlukan keahlian yang rumit. Warna hitam untuk rambut hitam tak akan menjadikan hasil pengecatan yang belang.
Terlihat romantis? Enggaklah. Lha wong suami lebih banyak ngomel dan meledek. "Sudah biarin saja begini, memang sudah tua!" katanya.
Saya tak kalah dong. "Aduh, nggak rela banget sih istri terlihat muda dan cantik!" wakakak....
Bapak-bapak memang begitu. Maunya dibantu ngecat rambut, tapi kurang sabar dan sedikit malas ngecat rambut istri. Huh.
"Ini ngirit banget loh. Coba di salon dah berapa ratus ribu?" kata saya.
"Iya, iya..." sahutnya cemberut melanjutkan mengecat rambut saya
Sungguh saling mengecat rambut antara saya dan suami itu tidak romantis. Tapi yang tidak romantis itu justru romantis loh!
Dulu katanya mau menua bersama, ya ini menua bersama itu saling mengecat rambut yang ubanan! HahahaÂ
Sesekali mari kita menertawakan hidup. Kapan lagi begini. Nanti jika pandemi usai, tentu tak ada acara saling mengecat rambut suami-istri! Saya sih dengan senang hati pergi ke salon. Hehe
Salam sehat selalu,
MomAbel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H