Mungkinkah dia juga galau seperti hatiku saat ini? Hidup sering tidak adil. Waktu kadang tak punya hati dan menyakiti.
Sampai di rumah makan, Risa masih diam. Entah apa arti diamnya. Bukan marah, tapi seolah pasrah dan menyerah pada keadaan.
"Gung, IP-ku semester ini sepertinya parah..." katanya lirih.
"Kenapa? Ada masalah? Mau pindah jurusan?" tanyaku.
"Nggak tahu. Semuanya kacau, aku nggak bisa fokus belajar untuk UAS, " sahutnya.
Aku ikut merasa bersalah. Sebenarnya aku juga tidak fokus kuliah. Dosenku sudah komplain dengan perubahan sikapku. Sore ini aku ingin melepas semua kekacauan ini.
"Ini mau kemana? " tanya Risa ketika kulajukan motorku ke arah bukit.
"Dekat situ saja, " sahutku.
Sampai di perbukitan hijau, kugandeng Risa menuju ke atas. Ada sebuah bangku disana. Sesampainya disana, Risa senang sekali.
"Wah, bagus... Aku suka. Terimakasih ya!" katanya. Dia lantas duduk di kursi.
"Kamu suka senja ya, Ris?" tanyaku iseng. Risa diam sesaat sebelum menjawab. Anak rambutnya tertiup angin, menyibak kulit muka natural tanpa polesan itu.