Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akhir Cerita Kecopetan

17 Juni 2021   15:15 Diperbarui: 17 Juni 2021   15:47 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sewaktu kuliah di Yogyakarta, saya beberapa kali kecopetan. Terutama di bis kota dari terminal Jombor ke arah kost di jalan Kaliurang.

Kok bisa berkali-kali? Ya, karena saya ceroboh dan kurang berhati-hati. Tas ransel saya gendong dibelakang, kondisi bis sesak dan saya berdiri, dan pencopet yang menyaru seperti penumpang.

Trik mereka biasanya mengalihkan perhatian penumpang dengan menjatuhkan barang. Waktu itu kotak korek api.

Secara tidak sadar, saya perhatikan kotak korek api yang terjatuh tersebut. Saat itulah tangannya beraksi dengan cepat mengambil dompet di dalam tas. Saya bahkan tak menyadarinya.

Tak ada yang berani membantu

Dulu saya heran mengapa tak ada yang membantu orang yang kecopetan di bis atau angkutan umum. Seperti kejadian yang saya alami, kondisi bis sesak penuh. Tentu orang yang berdiri di belakang atau samping saya tahu dong saat pencopet beraksi?

Ada rasa kesal mengapa tak ada yang memberitahu. Namun, setelah saya mendengar cerita dari teman, saya menjadi maklum mengapa orang terpaksa membiarkan pencopet beraksi.

Teman saya bercerita, dia naik bis bersama temannya ingin ke Malioboro. Di dalam bis, ada ibu-ibu dengan tas yang "mengundang" pencopet. Pencopet sudah mengincar dan nyaris mengambil tas tersebut.

Teman saya memberi kode kepada ibu tersebut sehingga dia sadar dan kemudian mendekap erat tasnya. Pencopetan berhasil digagalkan. Teman saya berani karena dia pergi bersama 2 orang temannya.

Akan tetapi, begitu teman saya turun melangkah dari bis di depan mall Malioboro, tiba-tiba kepalanya ditokok (dipukul) sama pencopetnya. Hahaha... Teman saya kaget, kesal, dan sekaligus tertawa. Pencopetnya pasti kesal padanya.

Saya belum pernah melihat copet yang sedang beraksi. Entah apa yang akan saya lakukan jika saya dihadapkan hal tersebut. Pencopet kerapkali tidak sendiri dalam menjalankan aksi. Ada teman komplotan yang bisa jadi 2-3 orang. Belum lagi kalau membawa senjata tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun