Ada yang mengatakan "itung-itung bagi rejeki". Ya tidak apa juga. Tapi bukankah sebaiknya ditertibkan juga?Â
Masyarakat perlu diedukasi untuk memanfaatkan lokasi wisata sebagai sumber penghasilan secara benar. Bisa dengan menjual hasil kerajinan kreatif, makanan, minuman, dan lain-lain daripada melakukan pungutan liar.
2. Parkir tak sesuai karcis
Biaya parkir memang tak seberapa mahal. Akan tetapi apa jadinya jika angka yang tertera di karcis dan yang ada di daftar tarif menjadi dua kalinya? Tentu wisatawan akan kaget dan menjadi ilfeel.
Pernah suatu hari, saya ke tempat wisata dimana terdapat papan tarif harga tiket masuk dan biaya parkir. Namun begitu di tempat parkir, petugas langsung meminta uang parkir yang tidak sesuai karcis.
Seperti biasa, sesuai saran suami tak usah meributkan hal kecil supaya hati tetap senang saat wisata, saya pun berusaha santai. Tapi saya tetap berpikir jika seperti itu, orang akan malas berkunjung.
Nilai uang memang bukan yang "wow" , tapi justru dari hal kecil inilah seharusnya pemerintah dan pengelola wisata memperhatikan. Kesan pertama itu menentukan kesan selanjutnya dari pengunjung dan wisatawan.
3. Taksi yang menipu
Ketidaktahuan wisatawan seringkali dimanfaatkan oleh "oknum" seperti pengemudi taksi. Penumpang diajak berputar-putar supaya membayar tarif yang mahal. Atau ada juga taksi tanpa argometer yang memberi tarif tinggi padahal jarak tempuh sangat dekat.
Kejadian ini tak hanya terjadi di Indonesia. Pernah saya alami ketika berkunjung di negara lain. Tentu saja ini akibat ulah "oknum" padahal teman sesama sopir taksi malah sangat membantu. Bahkan aturan di negara tersebut juga tidak membolehkan seperti itu.
Dari ketiga hal di atas, bagi saya pribadi memberikan pengalaman dan pelajaran berharga. Wisata menjadi kurang nyaman dan jika kita tidak berusaha sabar akan menguras emosi.