Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Siap Menikah Berarti Siap Kecewa

7 Februari 2021   06:00 Diperbarui: 7 Februari 2021   06:53 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi (pixabay.com)


Kehidupan pernikahan itu penuh lika-liku. Jangan pernah berharap lurus, mulus, dan bahagia selamanya. Itu hanya ada di film dan drama. Justru kehidupan setelah menikah itu penuh petualangan suka dan duka.

Tulisan ini hanya sekedar sharing pengalaman. Saya bukan ahli ataupun konsultan pernikahan. Saya hanya seorang istri dan ibu yang ingin berbagi cerita.

Siap Kecewa?

Pada waktu KPP (Kursus Persiapan Pernikahan di gereja Katolik), saya mendapat penjelasan tentang seluk-beluk kehidupan berumah-tangga. Sebenarnya, saya tidak ingat semuanya karena sudah lama. Namun  seingat saya, ada sesi dimana pengajar menjelaskan bahwa cinta itu punya siklus.

Ada tahap romance, dimana cinta membuat hati berbunga-bunga dan mabuk kepayang. Pada tahap ini, konon tai kucing pun rasa coklat. Setelah itu ada tahap kecewa (saya lupa istilahnya). Kemudian masuk ke tahap penerimaan dan akan kembali ke tahap romance.

Pengajar KPP waktu itu menekankan pentingnya mengerti siklus ini untuk kemudian memperjuangkan supaya cinta kita kepada pasangan terus di tahap romance. Saya dulu ikut KPP tidak serius-serius amat dan agak keder juga karena banyak peserta masih muda-muda.

Saya dan peserta kursus banyak yang cekikikan mendengar pengajaran tersebut. Mungkin dalam hati, "Aduh, ini teori banget!" "Aduh, kayak gini dibahas juga?" Namun ya sudah, proses ini harus dijalani. Tanpa sertifikat KPP, kami tak bisa melenggang ke altar hehe

Seiring dengan waktu dan saya sudah menikah, akhirnya paham bahwa pengajaran dan "teori" tersebut benar. Nyesel deh dulu tidak serius dan mencatatnya!

Nah, kembali ke masalah siklus cinta. Umumnya, setelah menikah adalah masa bulan madu. Semua indah dan manis. Ini adalah tahap romance. Akan tetapi, setelah itu ya menjadi biasa. Bahkan timbul konflik, beda pendapat, dan juga kekecewaan. Yang tadinya suami atau istriku yang manis menjadi "Kok dia begini? Kok dia begitu?"

Tak usah jauh-jauh, kadang hal sepele membuat kita kaget dan kecewa.
"Ih, jorok! Handuk ditaruh di tempat tidur!"
"Duh, berisik banget tidur kok ngorok!" "Ampun, ternyata dia kok cerewet banget. Ngomel mulu!"
"Ow, dia nggak bisa masak! Masakannya nggak enak, "

Jika sudah seperti di atas, artinya kita masuk pada tahap "kecewa". Besar atau kecilnya kekecewaan tergantung pada kondisi masing-masing pasangan. Saya pun pernah kecewa. Dan itu hal yang wajar. Bukankah pasangan kita adalah manusia yang tak sempurna?

Ketika kita menyatakan siap menikah, artinya kita siap kecewa. Ada masa dimana cinta kita kepada pasangan masuk ke tahap ini. Karenanya, harus dihadapi.

Siap menerima

Langkah selanjutnya adalah kita harus menerima kekecewaan itu. Penerimaan ini penting supaya siklus cinta kita bisa kembali ke tahap romance. Bukankah sudah berjanji akan menjaga dan merawat sebentuk cinta yang ada? Ceileehhh....

Menerima ketidaksempurnaan pasangan sama halnya ketika kita menerima ketidaksempurnaan diri kita sendiri. Semua manusia punya kekurangan dan kelemahan, begitu juga dengan pasangan kita. Jika kita ingin pernikahan menjadi kuat dan berbuah, maka kita harus saling menerima.

Siap berusaha dan berjuang

Untuk tetap mencintai pasangan diperlukan usaha dan perjuangan. Seperti kata pepatah bahwa mempertahankan itu jauh lebih sulit dari mendapatkan. Terlebih di luar banyak godaan. Ada yang lebih cantik atau ganteng, ada yang pinter masak, ada yang langsing, ada yang bertubuh atletis, ada yang lebih kaya, dan seterusnya.

Kesetiaan dan komitmen adalah dua hal yang bisa menjaga sebuah pernikahan. Ibarat tanaman, cinta adalah akarnya. Penerimaan dan komitmen adalah batangnya. Jika kita rajin menyiramnya dengan kesetiaan dan tanggung jawab, maka buahnya adalah kebahagiaan.

Ya, cinta dalam pernikahan harus terus disiram dan dipupuk. Kebahagiaan dalam pernikahan harus diperjuangkan. Jika tidak, jangan heran kalau ada yang sudah beranak-pinak dan belasan tahun menikah kemudian berpisah. "Dia nggak hoki, dia bawel, dia nggak bisa masak!" Eaaa.... Capek deh!

Cijalu Resort, 7 Februari 2021

Salam cinta dan kasih,

MomAbel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun