Ketika kita menyatakan siap menikah, artinya kita siap kecewa. Ada masa dimana cinta kita kepada pasangan masuk ke tahap ini. Karenanya, harus dihadapi.
Siap menerima
Langkah selanjutnya adalah kita harus menerima kekecewaan itu. Penerimaan ini penting supaya siklus cinta kita bisa kembali ke tahap romance. Bukankah sudah berjanji akan menjaga dan merawat sebentuk cinta yang ada? Ceileehhh....
Menerima ketidaksempurnaan pasangan sama halnya ketika kita menerima ketidaksempurnaan diri kita sendiri. Semua manusia punya kekurangan dan kelemahan, begitu juga dengan pasangan kita. Jika kita ingin pernikahan menjadi kuat dan berbuah, maka kita harus saling menerima.
Siap berusaha dan berjuang
Untuk tetap mencintai pasangan diperlukan usaha dan perjuangan. Seperti kata pepatah bahwa mempertahankan itu jauh lebih sulit dari mendapatkan. Terlebih di luar banyak godaan. Ada yang lebih cantik atau ganteng, ada yang pinter masak, ada yang langsing, ada yang bertubuh atletis, ada yang lebih kaya, dan seterusnya.
Kesetiaan dan komitmen adalah dua hal yang bisa menjaga sebuah pernikahan. Ibarat tanaman, cinta adalah akarnya. Penerimaan dan komitmen adalah batangnya. Jika kita rajin menyiramnya dengan kesetiaan dan tanggung jawab, maka buahnya adalah kebahagiaan.
Ya, cinta dalam pernikahan harus terus disiram dan dipupuk. Kebahagiaan dalam pernikahan harus diperjuangkan. Jika tidak, jangan heran kalau ada yang sudah beranak-pinak dan belasan tahun menikah kemudian berpisah. "Dia nggak hoki, dia bawel, dia nggak bisa masak!" Eaaa.... Capek deh!
Cijalu Resort, 7 Februari 2021
Salam cinta dan kasih,
MomAbel