Karena dia sudah suka dan sangat antusias, papanya langsung beli formulir pendaftaran hari itu juga (Hadehh...). Padahal saya sempat ragu, karena baru survei dua sekolah. Namun, karena saya lihat kurikulum sekolah, manajemen, guru, kebersihan, dan fasilitas baik, akhirnya saya mantap.
Seimbangkan dengan kemampuan finansial
Sebagai orangtua, tentu kita ingin anak kita mendapat pendidikan yang terbaik. Namun, bukan berarti memaksakan diri jika sekiranya akan membuat keuangan keluarga tak sehat.
Kondisi keuangan keluarga yang tak sehat akan mempengaruhi kehidupan keluarga, termasuk tumbuh-kembang anak. Mengenai ini, tentu dibutuhkan kejujuran diri masing-masing orang yang sifatnya internal rumah tangga.
Apakah saya bermaksud nyinyir lewat tulisan ini? Tidak sama sekali. Saya menghargai pilihan orang kok. Tapi coba lihat, pasti ada kejadian serupa di sekitar kita.
Bahkan saya pernah membaca buku tentang perencanaan keuangan keluarga. Di buku itu, ada contoh kisah keluarga muda yang masih tinggal bersama orangtuanya. Kemudian anaknya disekolahkan di sekolah yang mahal yang menyedot 30% total penghasilan.
Masalah timbul ketika mereka pindah rumah dan membeli rumah secara KPR. Keuangan carut marut hingga akhirnya membayar sekolah dengan pinjaman dana tunai yang bunganya juga aduhai. Pasti kita sudah bisa menduga kelanjutannya, keuangan keluarga tersebut makin carut-marut.
Jadi, bukankah lebih enak menyekolahkan anak menurut kemampuan finansial kita? Tak perlu gengsi karena gengsi tidak mencerdaskan anak hehehe Tak perlu ikut pilihan teman atau tetangga, wong nantinya bayar sendiri-sendiri kok.
Kunci keberhasilan pendidikan
Jaman saya, keberhasilan pendidikan diukur dari rangking, nilai NEM, dan atau juara ini dan itu. Memang tak sepenuhnya salah, tapi untuk masa kini tolok ukur seperti itu sudah tidak relevan. Ada variabel lain yang tak kalah penting, yaitu karakter anak yang tergantung kerjasama antara sekolah dan orangtua, manajemen sekolah, dan kualitas guru.
Sekolah yang baik tidak hanya mengejar prestasi akademik semata, namun juga membangun karakter anak. Sekolah yang mahal belum tentu berhasil membangun kemampuan akademik dan karakter anak, jika orangtua di rumah terlalu memanjakan anak. Sebaliknya sekolah yang murah akan sukses membentuk karakter dan kemampuan akademik, jika orangtua memberi dukungan penuh untuk anak belajar.