Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menunggu Maafmu (Bagian Pertama)

10 Oktober 2020   06:00 Diperbarui: 10 Oktober 2020   07:12 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Maaf (SAMUEL/UCEO) Diambil dari www.ciputrauceo.net


Jarum pendek jam kamar menunjuk di angka tiga, sedangkan jarum panjangnya ada di angka lima. Aku terjaga dari tidur. Nafasku terengah-engah. Mimpi buruk telah mengoyak tidur nyenyak dan menerjang kesadaranku. Aku limbung.

"Ya Tuhan..." teriakku dalam hati. Aku mengutuki diriku. Entah sudah berapa kali dia hadir dalam mimpiku dalam setahun ini. Orang dari masa lalu yang sudah lama kulupakan. Huh.

"Oh my God... What is wrong with me?" Rasanya aku baik-baik saja. Semua berjalan lancar. Rumah tanggaku, keluargaku, anakku, dan juga pekerjaanku. Aku sudah bahagia. Sangat bahagia!

Mengapa yang usang ini kembali datang? Toh semua sudah berakhir. Cinta lama yang kembali? Oh please... Aku sudah tak ada rasa lagi! Sedikitpun tidak.

Aku menjunjung tinggi kekudusan perkawinanku. Duh, please jangan sampai mimpi keparat ini terus mendatangiku! Bukankah sudah kubuang mantan ini pada tempatnya?

Kutenangkan diriku. Aku beranjak dan mengambil air minum. Air hangat yang mengaliri kerongkongan sedikit melegakan. Namun, aku masih bertanya-tanya apa arti semua ini.

Kutengok suami yang tertidur pulas. Anakku juga nyenyak tidur di kasur tambahan. Segera kubuka ponsel pintar. Aku penasaran. Aku harus tahu arti mimpi ini pagi ini juga. Iya, harus pagi ini! Aku tak mau mimpi ini datang lagi.

"Duh, kegilaan apa lagi ini, seorang Karen yang super rasional, kini mulai tergoda untuk percaya takhayul?" gumamku dalam hati. Kini aku tengah membuka google mencari tahu tafsir mimpi, ramalan, dan primbon : "arti mimpi bertemu mantan" ! Goshhhh....

Dalam tiga detik, aku sudah menemukan jawaban. Pinter juga nih ponsel. Segala perkara ada jawabannya, dari yang perkara kecil hingga perkara besar. Dari yang penting hingga yang receh dan tak penting. Dari fakta hingga takhayul dan dongeng nenek-nenek.

Ada satu artikel hasil google yang kudapat, kurang lebih begini jawabnya : "Mimpi bertemu mantan pacar bisa jadi pertanda bahwa kamu sebenarnya sedang kesepian. Meski sudah punya pasangan yang baru, tidak menutup kemungkinan kamu tetap merasa kesepian. Mungkin ada hal-hal dari pasanganmu sekarang yang belum membuatmu nyaman, atau justru kamu sebenarnya belum selesai dengan dirimu sendiri."

"Arrggghhhhh.... ini benar-benar gila!" rutukku setelah membaca tafsir mimpi itu. Jangan-jangan ini untuk ABG alay ? Tapi entahlah kupaksakan juga untuk mencerna dan mencocokkan tafsir mimpi tersebut. Edan!

Bagaimana aku kesepian dengan mengurus tiga bocah yang lagi aktif dan nyebelin? Bagaimana aku kesepian tatkala bisnis toko online-ku sedang merangkak naik? Bagaimana aku tidak nyaman dengan pasanganku yang setia dan sederhana ini? Huh.

Atau mungkin kalimat terakhir ada benarnya? Kubaca lagi kalimat itu : "....atau justru kamu sebenarnya belum selesai dengan dirimu sendiri." Ebuset, kisah lama itu sudah berakhir lama! Aku memang masih ingat. Namun siapa sih yang tidak ingat cinta pertama?

Cinta pertama akan dikenang hanya karena sensasi menjadi yang pertama. Tak peduli itu cerita manis atau pahit. Bukankah selalu ada luka dan cinta? Aku adalah salah satu orang yang percaya bahwa cinta selalu ada dalam setiap proses kehidupan manusia. Namun, aku bukan pemuja sebuah cinta pertama.

Aku mulai meracau. Ya, memang kisahku dengan laki-laki pertama ini mengambang. Dia menghilang begitu saja. Mungkin diterpa angin jarak jauh Solo-Jakarta. Meskipun yang kudengar setelahnya adalah karena perempuan manis yang bermulut tajam telah merebutnya dariku.

Bagiku waktu telah menyelesaikan kisahku dengan laki-laki itu secara sempurna. Dan waktu pun dengan sempurna telah membuatku lupa sama sekali kisah ini hingga setahun belakangan ini.

Sudahlah. Tafsir ngawur! Aku mencoba mencari artikel lain yang disajikan mbah Google. Duh, aku benar-benar melakukan kegilaan paling gila di pagi buta. Namun, jika kamu jadi aku, aku yakin kamu akan melakukan hal yang sama. Kamu akan berupaya untuk mengoyak rasa penasaran dari mimpi yang menyebalkan ini.

Artikel selanjutnya yang kubaca mengatakan setidaknya ada lima kemungkinan arti mimpi itu : kamu merindukannya, ada hal yang belum selesai, kamu mulai move on, dia merindukanmu, dan bunga tidur yang manis.

Dari kelima kemungkinan arti mimpi ini, paling masuk akal adalah dua poin terakhir : dia merindukanmu (cieeee...) dan bunga tidur yang manis. Bruh.

Dalam hal ini, aku tidak setuju dengan embel-embel manis untuk bunga tidur. Bagaimanapun, tak pantas untuk seorang perempuan yang sudah menikah tapi memimpikan laki-laki lain, meskipun itu mantan pacarnya. Bagiku tetap tak pantas apapun alasannya.

Kuteguk lagi air putih dari gelasku. Setelah itu aku tak dapat menahan tawaku. Bukan tawa bahagia atau sedih. Aku tertawa setan!!! Hahahaha... Ini benar-benar gila!

Tawa itu muncul spontan ketika pikiranku melayang membayangkan dia merindukanku. Entah apa yang merasuk ke jiwaku. Aku yakin seribu persen arti mimpiku adalah dia merindukanku dan bahkan dia menyesal meninggalkanku tanpa sebab. Hilang begitu saja.

Disini ada rasa kepuasan yang membuncah dan meluap. "Hei, lihat karma atas perbuatanmu!" rutukku dalam hati. Aku bayangkan laki-laki itu menyesal. Sekarang sedang menikmati akibat dari perbuatannya padaku.

"Hei.. kamu dendam?" suara hati kecilku menyapa. "Oh nggak, itu fakta. Bahwa sekarang dia sudah menua tanpa memiliki anak. Mungkin tak akan bisa memiliki anak, " suara yang lain menimpali.

Kuingat percakapan via WA setahun lalu ketika sebuah grup WA mempertemukanku dengannya. Aku biasa saja. Nothing to feel. Dia yang mengirim WA pribadi ke nomorku. Hanya menanyakan kabar dan basa-basi. Dari obrolan garing tersebut, aku tahu dia belum dikaruniai keturunan. "Masih terus berusaha, " begitu katanya.

Disitu aku merasa "menang" karena aku punya tiga malaikat kecil nan lucu. Namun di sisi hatiku yang lain, aku merasa iba. Hei, bukankah iba dalam hal ini tak ada beda dengan sebuah kesombongan? Ah, biarlah! Biarkan aku sombong kali ini.

Aku sekarang merenung dan mengingat masa lalu. Puluhan tahun ke belakang. Masa ketika aku merasa dicintai oleh laki-laki yang baik, seiman, dewasa, dan tak neko-neko. Dia pertama bagiku, begitu pula aku baginya. Namun, dengan tiba-tiba dan tanpa pesan apapun, dia menghilang. Lenyap entah kemana.

Aku perempuan Jawa. Tak elok mendatangi rumah laki-laki untuk meminta kepastian. Aku menunggunya datang, namun dia semakin menghilang. Tak ada perpisahan. Pun sepenggal kata putus.

Hmmm... sudah, sudah... untuk apa kupikirkan lagi? Semua sudah berlalu dan sekarang aku justru bersyukur tak menikah dengannya. Bukankah laki-laki seperti itu adalah pengecut? Tak punya pendirian dan prinsip teguh? Menuntut sebuah kesetiaan dengan mengutip Amsal, namun dia sendiri justru berkhianat.

Aku masih ingat dia memberiku pembatas kitab suci dengan kutipan Amsal 19:22 :  "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong." Karenanya, aku pikir dia laki-laki setia dan aku percaya.

Ah, sudahlah sekarang aku merasa hidupku "lebih" dari dia. Suami lebih mapan dan baik. Sedangkan dia hidup bersama perempuan pengarang cerita bohong itu, tanpa anak pula. Dia pasti kesepian! Jadi bukan aku yang kesepian. Hahaha... Tawa jahatku semakin menjadi, jika saja hujan tak turun pagi ini.

Kutarik nafas panjang dan perlahan. Ya, Tuhan... Ampuni aku. Mengapa aku menertawakan kemalangan orang? Mengapa aku bersorak-sorai melihat nasib buruk dan penderitaan orang? 

Ya, Tuhan... Saya berdosa. Saya sungguh berdosa!

--- BELUM SELESAI ---

--- BERSAMBUNG ---


Cikarang, Oktober 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun