"Kamu jangan gitu ya, Mas!" Na sedikit merajuk.
"Kenapa? Takut jadi layang-layang putus?" tanya Nano sambil mencubit lengan Na.
"Yo mestiiii toooo..." jawab Na dengan logat Jawanya yang medok.
"Semua perempuan ingin bahagia dan punya keluarga yang utuh, Mas. Ingin menjadi teladan yang sempurna buat anak-anaknya, meskipun dalam ketidaksempurnaan..." kata Na sendu.
Nano menggamit lengan Na. Sebuah pelukan hangat untuk istrinya. Na tersenyum.
"Sudah Na... Yuk tidur!" Nano seolah menghindar untuk menjawab pertanyaan Na.
Na sudah ngantuk. Akhirnya dia ikut melangkah menuju kamar utama. Tiba-tiba Nano menghentikan langkahnya. Seperti ingat akan sesuatu.
"Na... " panggil Nano kepada Na.
"Apa? " sahut Na.
"Hmmm... " No seakan ragu mengatakan sesuatu.
"Apa sih? lama amat ngomongnya? hmmmm..." Na ingin menebak tapi diurungkannya.