"Hihihi... aku nggak berubah ya Na? Aku juga pingin cuek kayak kamu. sebodo teuing sama kata orang. Harusnya aku gitu ya Na?"
Na tersenyum. Ah, dimana-mana teman-teman selalu melabel dia perempuan cuek dan santai. Bahkan banyak yang iri melihat kesantaiannya.
"Nik, aku sebenarnya cuek banget juga nggak. Aku cuma sadar kalau nggak begitu, aku susah sendiri. Aku sakit sendiri... karena aku nggak punya apa-apa. Aku berusaha merasa cukup. Hmm sesederhana itu cara pikirku, " ucap Na sembari menuang kecap soyu ke mangkuk kecil. Na yang pendiam memang dewasa ketika bicara tentang hidup.
"Ah, jangan begitu.. kamu punya segalanya Na. Suami yang baik, anak-anak yang lucu, semua mapan dan stabil. Aku ini yang nggak jelas Na. Kerja gubrak-gabruk, rumah kacau, cari pengasuh susah, mau resign aku belum siap." Suara Nik lirih. Ada kebimbangan besar di hatinya.
 Na menuangkan teh ocha kemudian menyodorkan untuk Nik. Nik segera menyesap teh hijau dingin tersebut.
"Nik.. itu yang kamu lihat saja loh. Yang tampak dari luar. Belum tentu rasa bahagia itu datang bersamaan dengan deretan penampakan indah itu." Kali ini Na tampak serius berkata-kata.
"Semua adalah proses hidup Nik... ada yang berproses dulu, sakit dulu, tapi ada yang indah dulu baru kemudian ditempa dan diproses. Hidup sebenarnya pengulangan proses itu Nik..." timpal Na.
"Aku masuk ke yang diproses dulu Nik. Orang bilang aku nikah di UP (usia panik). Hampir juga tak laku. Rasanya berat loh Nik ngadepin yang namanya quarter life crisis. Percaya deh! " lanjut Na.
 "Masa?", Nik terkesiap dengan curhat Na barusan.
"Lah... kamu nggak pernah merasakan sih Nik. Kamu bayangin deh lulus kuliah cumlaude, sudah kerja, mapan, umur cukup tapi jomblo ngenes. Pacar nggak ada. Cari juga nggak gampang. Hampa. Hambar. Nggak tahu tujuan hidup. Serem membayangkan masa depan seperti apa. Sementara tekanan pekerjaan, keluarga, dan lingkungan sekitar itu berat." Kali ini Na berkata dengan lirih. Ingatannya melayang ke masa pahit dan menegangkan dalam hidupnya.
 "Bener juga ya, Na... beruntung aku langsung nikah waktu itu." timpal Nik.