Pucuk dicinta ulam tiba. Pepatah ini sungguh tepat menggambarkan sebuah kebetulan yang menyenangkan bagi keluarga kami di penghujung liburan panjang bulan Juli kemarin.
Ceritanya, si sulung sangat penasaran dengan segala hal terutama candi yang ada di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Rasa penasaran ini tak lain dan tak bukan adalah "hasil" dari membaca buku cerita Misteri Bukit Berkabut.
Pengenalan kota dan budaya Indonesia yang dikemas sangat apik dalam cerita misteri tersebut membuat rasa penasaran di hati anak saya. Dia terus bertanya : "Kapan ke candi Cetho? Kapan coba tengkleng Solo? Teh putih itu seperti apa ya?"
Nah, ternyata di pertengahan bulan Juli papanya mendapat undangan pernikahan rekan kantor di kota Solo. Cocok kan? Papanya mengambil cuti dan kami pun ikut diangkut ke Solo. Tentu saja kami ke Tawangmangu setelah acara resepsi selesai.
Perjalanan dari Solo menuju Tawangmangu memakan waktu hampir 1.5 jam. Hati lega tatkala gunung Lawu sudah terlihat di depan mata. Gunung dengan 3 puncak utama ini tampak gagah sekali. Pemandangan sekitar yang cantik dan menarik berhasil menenggelamkan rasa penat.
Hari sudah sore menjelang malam ketika kami tiba di hotel. Karenanya, petualangan kami lakukan esok harinya. Kami hanya punya waktu 1,5 hari untuk menjelajah Tawangmangu. Sayang sekali memang, tapi apadaya suami ada meeting penting di hari Selasa.
Meskipun hanya liburan singkat, tapi kesan mendalam kami rasakan sekeluarga. Berikut 5 rekomendasi tempat wisata yang sudah kami kunjungi :
1. Candi Sukuh
Candi Sukuh adalah tujuan pertama kami. Tatkala tiba di candi, kami terpesona dengan birunya langit dan indahnya hamparan pemandangan.
Dengan membayar tiket sebesar 7000 rupiah (termasuk untuk pinjam kain poleng/kampuh), kami memasuki areal candi. Lucunya, meski dikenakan tiket masuk, tak ada petugas yang melakukan pengecekan di pintu masuk candi.
Destinasi ini merupakan destinasi wisata yang terhitung baru di Tawang Mangu. Sebenarnya tak masuk dalam daftar tempat yang akan kami kunjungi.
Semula berawal dari ibu-ibu dari Magetan. Seperti biasa saya berbasa-basi dengan sesama pengunjung ketika di parkiran candi Sukuh. Ternyata ibu tersebut pergi dengan rombongan karyawan tempat kerjanya.
Dengan antusias, ibu tersebut memberi tahu saya bahwa tak jauh dari candi ada Tenggir Park. "Bagus loh mba.. rugi kalau tidak kesana. Buat foto-foto bagus. Habis ini kesana aja. Cuma 5 menit ke atas situ, " katanya.
Saya pun jadi tertarik, dan akhirnya kesana. Dan memang dekat sekali dari candi Sukuh. Siang itu kami habiskan di Tenggir Park sebelum ke candi Cetho. Harga tiket sangat terjangkau, yakni 10.000 rupiah.
3. Candi Cetho
Candi ini adalah tujuan utama kami. Jalan menuju ke candi ini sangat menanjak curam. Candi Cetho merupakan bangunan dengan lokasi tertinggi yang berada di gunung Lawu. Karenanya, selain ketrampilan mengemudi juga dibutuhkan kendaraan yang prima.
Sepanjang perjalanan, kita akan dibius dengan pemandangan indah berupa hamparan hijau areal perkebunan, pertanian, dan perkampungan. Keren!
Sampai di candi, kami membayar tiket masuk sebesar 7000 rupiah. Setelah itu, kami menuju ke samping loket untuk mengenakan kain kampuh atau kain poleng sebagai bentuk penghormatan candi.
Sebagai informasi, candi Cetho juga merupakan tempat ibadah aktif untuk umat Hindu. Karenanya, untuk perempuan yang sedang haid tidak diperbolehkan memasuki areal candi.
Akhirnya, anak-anak masuk bersama papanya. Sedangkan saya hanya duduk menunggu di rerumputan jalur pendakian Lawu yang persis di sebelah kompleks.
4. Ndoro Dongker Tea House
Sebelum kembali ke hotel, sore itu kami mampir di rumah teh Ndoro Dongker. Tempat ini memang menjadi salah satu tujuan kami. Dalam cerita Misteri Bukit Berkabut, tujuan anak-anak adalah liburan ke Tawangmangu dimana Budhenya mempunyai kebun teh dan rumah teh.
Berbagai jenis teh bisa kita coba di rumah teh ini. Hanya saja harus sabar jika kesini karena sangat ramai pada saat weekend. Minggu sore atau hari biasa adalah pilihan waktu yang tepat.
5. Rumah Atsiri
Esok harinya kami berencana jalan pagi di kebun teh Kemuning. Setelah itu ke Rumah Atsiri sebentar. Ternyata setelah dari kebun teh, si sulung ingin makan mie kuah di Ndoro Dongker Tea House lagi. Karenanya, saya berpikir untuk tidak mampir ke Rumah Atsiri dan langsung pulang. Apalagi Rumah Atsiri ini tidak ada dalam cerita Misteri Bukit Berkabut.
Tapi yang namanya anak-anak, maunya harus dapat semua. Dirayu untuk tidak ke Rumah Atsiri sangat susah. Dia tertarik dengan museum Atsiri (walaupun akhirnya tidak masuk). Akhirnya kami menyempatkan mampir ke Rumah Atsiri.
Tur taman Atsiri sangat berkesan. Kami berkeliling taman yang asri sambil belajar proses destilasi dan mengenal tumbuhan penghasil minyak atsiri. Lewat tur ini, kita bisa tahu bedanya lavender dan lavendran, beda sereh wangi dengan sereh dapur, dan masih banyak lagi.
Ke depan, tempat wisata edukatif ini akan semakin menarik. Akan dibuat rumah spa dan ruang eksibisi terbuka. Pastikan mampir kesini ketika mengeksplor Tawangmangu, Karanganyar.
Sebenarnya masih banyak tempat wisata yang menarik di Tawangmangu. Bentang alam yang indah, peninggalan sejarah yang unik, dilengkapi dengan wisata edukatif dan spot instagramable menjadikan Tawangmangu tak mengecewakan untuk dikunjungi. Hmmm.. semoga nanti bisa kembali kesana lagi.
Selamat hari Minggu dan semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H