Lebih Produktif
Sudah lama saya tidak menulis di Kompasiana. Dalam masa Pra-Paskah ini, saya diingatkan untuk menulis kembali. Setidaknya waktu bersosmed ria saya alihkan menjadi waktu untuk menulis dan membaca buku.
Sebenarnya menulis sambil lalu, sembari melaksanakan "tugas negara" saya sebagai ibu rumah tangga. Jika biasanya buka sosmed dan scrolling instagram, hari-hari lebih banyak saya manfaatkan menulis dan membaca buku.
Sudah beberapa buku yang saya baca. Meskipun bukan buku tentang agama. Setidaknya "polusi" sosmed ini bisa berkurang dengan bacaan yang lebih bermutu dan memberi nilai tambah.
Juga beberapa artikel yang saya tulis. Tak masalah jika pageview-nya sedikit hehehe. Ada kebahagiaan lain kok bersama K, yaitu berinteraksi dengan sesama Kompasianer.
Ohya, saya pecah rekor jumlah artikel semenjak jadi Kompasianer. Biasanya sebulan 1 artikel, tapi bulan ini hampir 10 artikel. Ajaib ya?
Damai di Hati
Awalnya takut juga ketinggalan berita terkini karena menjauh dari dunia maya. Ternyata tidak juga. Justru disini saya merasa sadar bahwa tidak semua hal menjadi berguna dan layak untuk direspons.
Perang opini dan status di sosmed seringkali menyeret otak kita untuk memikirkannya. Begitu juga dengan penilaian kita terhadap teman, saudara, dan orang di sekitar kita. Hanya karena beda pilihan presiden, beberapa orang "ngegas", left group WA, atau menulis status yang sebenarnya menghina dan memfitnah.
Saya bukan malaikat, karenanya lebih baik mundur daripada tergoda dan terseret arus politik di dunia maya. Kedamaian hati tidak hadir dengan sendirinya, namun harus kita ciptakan.
Selain politik, seringkali sajian berita juga tidak mendidik. Menggosipkan seseorang artis atau public figure dengan cara menguliti luar dan dalam untuk kemudian berasumsi. Ah.. rasanya capek! Toh bukan urusan kita juga. Hidup mereka adalah hak mereka.
Otak saya punya kapasitas kecil untuk sampah-sampah urusan orang lain. Tak akan ada gunanya juga membahasnya. Rasanya damai di hati ketika saya bisa mengendalikan pikiran saya sendiri. Ketika saya berusaha bersikap positif dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Sempurnakah puasa saya? Tentu saja tidak, setelah Pemilu saya mulai mengintip hasil quick count hehehe... Begitulah manusia. Menjadi sempurna adalah mustahil, tetapi berusaha dan terus berusaha adalah jalan terbaik.