"Hmmm... namanya orang lain-lain. Mungkin jiwanya politik kali, jadi ya terseret arus politik juga, " jawab suami Na. Benar-benar jawaban diplomatis. Na mengambil kelapa muda dengan es yang baru saja diantar oleh pelayan. Berbicara politik memang harus santai dan kepala dingin.
"Eh tahu nggak, dulu waktu jaman ospek kuliah, ada cerita lucu. Ini yang ospek universitas ya, bukan yang fakultas" kata Na memulai bercerita.
"Kenapa emang? Dapat gebetan?"
"Ih.. bukan ituuu..." Na sedikit sewot. "Ingat nggak ospek yang universitas? Itu kan gabungan dari berbagai fakultas. Aku sih diam aja. Yang dari fakultas lain itu berani dan jago semua kalau public speaking"
"Terus? "
"Ya itu.. ada yang bareng aku. Baik orangnya. Tapi begitu aksi apalah itu, kayak pura-pura demonstrasi gitu, dia ngawur!"
"Ngawur gimana?"
"Masa dia orasi tentang kenaikan SPP kuliah kaitan misi kerakyatan kampus, kok sebut pasal 33 UUD 1945! Ya kan nggak nyambung to? Hahaha... "
"Trus kamu nggak jadi naksir ya?"
"Ihhh... ini bukan masalah naksir. Aku baru tahu waktu itu, oalah ternyata kadang-kadang demo itu ya waton sulaya. Nggak semua mahasiswa itu orasinya bagus. Ilfil deh aku.. Bayangin dia ngomong berapi-api : bumi, air, dan kekayaan didalamnya... Â hihihi"
"Wakakak.... sebenarnya nyambung tapi kejauhan itu hahaha" suami Na tertawa, " tapi ada juga kok yang jenius dalam orasi. Kamu belum pernah nemu ya?"