Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan dari Film "Naura dan Genk Juara"

27 November 2017   10:19 Diperbarui: 27 November 2017   10:26 1724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak Sabar Masuk ke Theatre

Setelah 10 hari tayang di bioskop, akhirnya saya kesampaian mengajak anak saya nonton film Naura dan Genk Juara. Dan sepertinya film ini sudah berhari-hari jadi "hot topic" yang cenderung kurang baik di media sosial. Saya sebenarnya tidak tahu film ini sedang tayang. Istilahnya saya "kudet" alias kurang update. Sementara itu anak saya tidak tahu siapa Naura. Sedangkan saya tahu Naura hanya sebatas bahwa dia adalah penyanyi cilik dan anak dari Nola B3 (B3 adalah grup vokal ngetop jaman saya masih ABG hehe...).

Sehari sebelum nonton, saya ajak anak saya yang kelas 1 SD untuk lihat trailernya di Youtube. Eh, dia langsung nolak dan nggak mau nonton. Katanya takut karena ada "bad guy"nya (Trio Licik). Selain itu, anak saya maunya nonton film kartun saja, takut dengan film bukan kartun yang berantem-berantem. Ah, ya sudah saya nyerah deh untuk merayu! Padahal saya ingin sekali mengenalkan film anak Indonesia kepadanya.

Pucuk dicinta ulam tiba. Begitulah kira-kira. Hari ini saya ajak ke sebuah toko buku. Tidak tahunya, ada berbagai merchandise yang dijual disana. Warnanya menarik dan girly. Dari topi, tas, CD, dan buku. Jadilah anak saya jatuh cinta. Dia bilang mau beli buku Naura, CD, dan topinya. Setelah itu, baru ribut minta nonton filmnya. Duh, dasar anak-anak ya! Saya cek jadwal bioskop sebelah, ternyata pas jam tayang dan cuma ada 1 kali. Mungkin memang jodoh untuk nonton, saya cek jadwal bioskop di mall yang lain lagi ternyata ada yang tayang sore. Hmmm... langsung deh cus menuju kesana.

Antusiasme Anak-Anak

Saya pikir pasti sepi yang nonton film ini karena sempat ada ajakan untuk boikot via media sosial. Eh, ternyata nggak juga! Kurang-lebih 70% kursi terisi. Bahkan saat saya beli tiket 2 jam sebelum tayang, banyak kursi yang sudah terjual. Dan herannya lagi, anak-anak terlihat tidak sabar untuk masuk ke bioskop. Belum dibuka, mereka sudah berdiri di depan theatre karena ingin masuk.

Tidak Sabar Masuk ke Theatre
Tidak Sabar Masuk ke Theatre
Naura dan Genk Naura (NGN)

Awal film ini mengingatkan akan Science Fair di sekolah anak saya. Berbagai ekperimen ilmiah ditampilkan. Setelah itu, saya jadi emak-emak baper. Adegan betapa rempong dan betapa kuatirnya seorang ibu yang akan ditinggal anak kemah 2 hari itu mengena sekali. Apalagi dilakukan sambil bernyanyi. Duh, baper berat!

Setelah itu saya menikmati seluruh cerita bersama anak saya. Anak saya kadang tertawa geli, ketakutan, ceria, dan berdendang saat ada lagu. Beberapa kali dia bertanya arti kalimat-kalimat yang ada.

Saya sungguh terkesan dengan film ini. Kehidupan generasi anak masa kini yang digambarkan secara komprehensif. Anak-anak yang energik, berbekal ilmu pengetahuan, bisa mengaplikasikan teknologi modern, namun tetap mau mencintai alam dan berkarakter.

Pentingnya ilmu pengetahuan akan membuat anak termotivasi untuk belajar di sekolah. Film ini juga menggambarkan bahwa kecanggihan teknologi (smartphone, drone, GPS, Ipad) bisa digunakan untuk hal yang bermanfaat. Bukan hanya untuk bermain game atau sekedar menonton Youtube.

Dengan mengambil setting lokasi di hutan, menjadikan film ini terasa "segar". Mengeksplor betapa hijaunya hutan kita, indahnya danau, dan aneka satwa yang harus dilindungi, menunjukkan betapa negara kita kaya dan indah.

Adanya kemah kreatif dalam film ini juga mengingatkan saya tentang kegiatan Pramuka. Betapa sebenarnya kita bisa belajar banyak dari alam. Pembentukan karakter dimulai dari sini. Bagaimana bekerja sama dalam tim, menumbuhkan sikap saling menghargai, setia kawan, dan persahabatan. Naura, Bimo, Oky, dan Kipli memainkan perannya dengan bagus.

Akhir film ini menggambarkan arti dari juara. Juara bukan hanya sekedar angka dan pemuasan ego. Lebih dari itu, anak diajarkan bahwa juara bukan yang terhebat tapi yang bermanfaat. Naura berhasil mengajak anak kepada pemahaman ini.

Baguskah film ini?
Untuk menilai bagus dan tidak, tergantung dari personal penilainya. Tapi jika ingin objektif, kita harus menilai dengan "kacamata" anak-anak karena jelas film ini adalah film anak. Bagi saya, film ini sukses merangkai sinergi ilmu pengetahuan, teknologi, dan alam dalam rangka pembentukan karakter anak, seperti keberanian, persahabatan, kerjasama, dan arti sebuah juara.

Dalam film NGN ini, selain bahasa Indonesia juga terdapat tokoh-tokoh yang berbahasa daerah. Ada bu Laras yang konsisten dengan bahasa Sundanya. Ada Trio Licik yang terkadang menggunakan seperti dialek bahasa Lampung/Palembang. Hal ini membantu saya mengajarkan keberagaman bahasa kepada anak saya. Selain itu, bagi saya NGN menjadi momen spesial untuk anak Indonesia. Setelah 17 tahun film Petualangan Sherina, akhirnya muncul kembali film serupa yang bagus.

Mengenai penggambaran tokoh antagonis, saya melihat wajar dan seperti umumnya. Penjahat digambarkan dengan tampang brewok, gondrong, berbadan besar, dan licik. Menurut saya, akting mereka pas dan tidak berlebihan. Diselingi dengan adegan seru dan lucu membuat anak tidak merasa ketakutan yang berlebihan.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Sempurna kah film NGN ini?

Dalam setiap karya, selalu ada kekurangan. Entah besar ataupun kecil. Tapi saya selalu yakin bahwa setiap orang selalu berusaha secara maksimal dalam berkarya. Terkadang ada hal-hal yang merupakan sebuah kebetulan dan tidak disengaja. Karenanya, tergantung bagaimana kita melihatnya dengan bijak. Jika dibandingkan dengan film anak dari luar, saya yakin NGN nggak kalah kualitasnya.

Saya terkesan dengan seni dalam film ini, baik gambar, musik, dan alur cerita. Saya juga salut dengan anak-anak yang berperan dalam film ini. Mereka berhasil menampilkan keceriaan khas anak-anak dalam bernyanyi dan menari. Film ini sarat dengan pesan-pesan moral yang bagus untuk anak-anak. Film ini diperankan oleh anak-anak dan diperuntukkan anak-anak. Seusia mereka belum memikirkan hal-hal rumit seperti politik yang penuh trik dan intrik (yang sering juga ditambah dengan kebencian). Bijak kah kita jika mengaitkan film ini dengan politik? Saya kira tidak.

Cikarang, 26 Nov 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun